Mengulas Seni Ukir Papua dan Berburu Konten dengan Paket Kuota Nonstop
Mengulas Seni Ukir Papua dan Berburu Konten dengan Kuota Nonstop Smartfren | Rasa bosan kerap membuat kami berpikir untuk merayakan hidup dengan cara bahagia versi sendiri.
Melepas penat dengan berkunjung ke TMII sekaligus olahraga pagi dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, memacu jantung dengan bergerak ala kadarnya. Menyewa sepeda ria tandem dua setidaknya menjadi pilihan. Alasan masuk akal yang didapat adalah karena paling dekat dari rumah. Sebagai content creator, sisi lain dari banyak tempat yang dikunjungi menjadi point yang tidak kalah penting untuk dikorek, digali dan dipelajari. Foto sana-sini sudah jadi kebiasaan, berharap jepretan-jepretan indah, kelak dibawa pulang, diingat dan disatukan menjadi cerita panjang dan konten menarik nantinya. Saya menyebutnya, berburu konten. Karena setiap perjalanan adalah waktu yang tepat untuk mengumpulkan bahan-bahan tulisan. Jalan-jalan sekaligus bercerita, bagi saya seperti sedang mendongeng untuk disajikan di piring ingatan diri sendiri. Mencapai puncak kebahagiaan yang bisa saya rayakan kembali, saat membacanya dikemudian hari. Ibarat sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.
Cara asik untuk menceritakan kembali hal-hal kecil dan sederhana yang dilihat dan diingat agar bisa dibagikan, tentunya jika kita jeli mengulik peristiwa. Ketajaman untuk mengulas dalam perspektif lain yang berbeda menurut versi di kepala. Seperti halnya berkunjung ke anjungan Papua Barat. Sebongkah cerita dari seorang pria paruh baya suku Asmat dengan coretan-coretan unik di tubuhnya dan memakai atribut khas Papua, masih terekam di kepala. Ketukan-ketukan palu dihentakkannya berulang kali ke batang kayu. Jika diperhatikan mirip kulit dari pohon Pinus. Hal ini menarik perhatian saya. Wajahnya lebih serius dari mimik wajah kekasih yang berdiri di samping dengan masker yang jarang lepas karena takut diserang virus corona. Ia ikut hanyut memperhatikan irama kesibukan pria suku Asmat saat membuat handmade patung Asmat pesanan pengunjung.
"Jika ditekuni bisa selesai hanya dalam waktu seminggu. Namun jika pengerjaan santai, membutuhkan waktu sekitar 2 minggu" ujarnya menerangkan ketika kami berbincang menanyakan ini dan itu.
Suku Asmat di Papua memang sudah dikenal dunia dengan keterampilan mengukirnya sejak tahun 1700 an. Ukiran unik yang ditampilkan pada patung merupakan bagian dari tradisi kehidupan dan ritual yang terkait erat dengan spiritualitas hidup dan penghormatan terhadap nenek moyang. Desain dalam setiap ukiran yang tergores di patung asmat mengandung makna tertentu dan berhubungan dengan kepercayaan yang mereka anut. Bahkan Museum of Art New York yang merupakan salah satu museum besar dunia juga memiliki artefak patung Asmat. Ada beragam motif yang saya lihat, dari ukiran alam, merefleksikan aktivitas kehidupan sehari-hari, sampai ukiran makhluk hidup lainnya. Keunikan, budaya, penghormatan, prinsip hidup dan spiritual dikemas jadi satu.
Beberapa patung besar dan kecil menghias anjungan Papua Barat di TMII, sayangnya kami tidak bisa masuk ke dalam karena ada beberapa anjungan yang masih ditutup disebabkan COVID-19, termasuk anjungan Papua Barat ini.
Saya tidak melihat guratan sketsa pada batang kayu saat ia mengukir, rupanya sebagian dari suku Asmat sendiri mengukir kayu adalah bagian dari cara mereka berkomunikasi dengan roh nenek moyang, berdialog dengan para leluhur. Dari proses dialog itulah akan menciptakan ide mengukir. Sehingga terbentuk ukiran-ukiran unik khas dari kehidupan tetua dulu semasa hidup. Dari proses panjang dan makna dalam inilah ukiran patung Asmat menjadi ukiran indah dan dikagumi di mata dunia.
Saya tergerak untuk mencari tahu apakah keturunan suku Asmat semuanya pandai mengukir?
Namun tidak semua keturunan suku Asmat menjadi pengukir, darah seni diturunkan dari generasi ke generasi yang umumnya hanya dilakukan oleh kaum pria. Mengukir adalah bagian dari warisan turun-temurun, maka bagi keluarga yang tidak memiliki darah seni mengukir biasanya tidak memiliki kemampuan ini.
Rasa penasaran saya mulai terjawab sedikit demi sedikit. Cerita menarik lainnya dengan perkembangan zaman, ada beberapa masyarakat Asmat modern kemampuan ini dapat dipelajari secara khusus. Banyak pria-pria Asmat yang tidak memiliki kemampuan mengukir berusaha secara khusus mempelajari cara mengukir, apalagi menjadi seorang pengukir kini dapat dijadikan mata pencaharian, seperti pria Asmat yang berada di hadapan saya saat ini.
Selain ukiran patung Asmat ada beberapa ukiran kayu tradisional Sentani dari Papua. Pola-pola ini sempat saya lihat pada selembar kain batik. Motif sentani biasanya diambil dari simbol sakral untuk komunitas Sentani dengan berbagai makna yang berbeda, diantaranya seperti ikatan kuat antara komunitas, persaudaraan, dan perlindungan terhadap nasib buruk.
Disampingnya terdapat Ohote yang baru setengah jadi. Ohote ini adalah piringnya orang Sentani jaman dulu. Bentuknya lonjong seperti daun dengan sisi lain yang berbeda, satu sisi berbentuk cekung sedangkan sisi lain dipenuhi dengan ukiran khas suku Sentani. Dulunya Ohate sering digunakan untuk lauk seperti ikan dan daging, kini lebih diminati untuk pajangan dan hiasan.
Beberapa video proses pembuatan ukiran dan potret ketika berada di sana langsung saya bagikan ke sosial media, cerita baik dan keunikan khas Indonesia, rasanya sayang jika disimpan sendiri.
Kehidupan yang serba digital membuat kita membutuhkan kuota nonstop yang melimpah, apalagi saat harus meng-upload video. Kebetulan Smartfren menghadirkan paket layanan internet terbarunya yaitu Kuota Nonstop guna menjawab kebutuhan internet masyarakat khususnya para Milenial. Terlebih di era New Normal yang lebih banyak beraktivitas secara online, termasuk saya yang berkutat dengan menulis, dan sering men-share aktivitas di sosial media. Bahkan anak-anak juga memerlukan kuota besar untuk kegiatan pendidikan mereka saat ini. Anak saya bahkan kuliah memerlukan internet dengan akses bagus, karena fatal jika saat ujian online kecepatan akses datanya menurun sehingga kesulitan submit jawaban ujian.
Kuota Nonstop Smartfren hadir dengan kuota besar yang dapat dinikmati selama 24 jam di semua aplikasi tanpa ada pembagian kuota utama, kuota lokal atau kuota malam. Jika ada pembagian kuota menurut jam siang dan malam, entah kenapa saya kerap berpikir, "Ah sama saja bohong". Kuota malam seringkali tak terpakai. Selain itu, pelanggan tetap bisa berinternet dengan menggunakan akses nonstop setelah kuota utama habis sesuai masa aktif paket berlaku, dan tidak memotong pulsa sama sekali. Bagi saya, ini bisa jadi pilihan tepat saat ini.
Saya kembali memulai mengambil beberapa jepretan lain yang saya pikir menarik. Puas memperhatikan, tangan saya mulai bergerilya mengambil beberapa aksesoris khas Papua yang tergeletak berserakan di lantai begitu saja.
"Topi hias bulu ini dijual pak?"
"Disewakan bersama atribut lainnya, bisa digunakan untuk foto-foto"
"Disewakan berapa?"
"Sepuluh ribu"
Tanpa pikir panjang saya langsung mengenakan atribut yang tak kalah lengkap ala Papua untuk sebentar menyelami menjadi bagian dari masyarakat Papua sementara di bangunan adat ini. Bangunan yang berbentuk rumah panggung yang ditopang dengan banyak tiang atau kaki, baik tiang pendek maupun tiang-tiang tinggi. Bidikan kamera mulai beraksi, beberapa foto langsung sigap masuk insta story.
Buat kalian yang tertarik dengan Kuota Nonstop-nya Smartfren, perlu diketahui bahwa kuota nonstop hadir dalam bentuk kartu perdana, voucher data dan paket internet yang bisa didapatkan di Galeri Smartfren, gerai ponsel terdekat dan juga melalui layanan aplikasi MySmartfren.
Selain itu Paket Kuota Nonstop juga dapat digunakan di semua perangkat smartphone 4G termasuk Modem WiFi Smartfren. Oh iya, Paket Kuota Nonstop ini tersedia dalam empat varian harga yang bisa kalian pilih sesuai kebutuhan, antara lain:
- Paket Kuota Nonstop 6GB seharga Rp 30 ribu dengan akses nonstop setelah kuota utama habis dan menelpon kualitas HD sepuasnya ke sesama nomor Smartfren dengan masa aktif 28 hari.
- Paket Kuota Nonstop 10 GB seharga Rp 45 ribu dengan akses nonstop setelah kuota utama habis dan menelpon kualitas HD sepuasnya ke sesama nomor Smartfren dengan masa aktif 28 hari.
- Paket Kuota Nonstop 18 GB seharga Rp65 ribu dengan akses nonstop setelah kuota utama habis dan menelpon kualitas HD sepuasnya ke sesama nomor Smartfren dengan masa aktif 28 hari.
- Paket Kuota Nonstop 30 GB seharga Rp100 ribu dengan akses nonstop setelah kuota utama habis dan menelpon kualitas HD sepuasnya ke sesama nomor Smartfren dengan masa aktif 28 hari.
Asiknya paket kuota nonstop ini memberikan akses internet nonstop setelah kuota utamanya habis. Sehingga memberikan keseruan lebih lama dengan kecepatan yang sama walau kuota utama sudah habis. Cocok digunakan buat para pemburu konten, pecinta drakor yang hobby streaming, dan para gamers untuk menciptakan keseruan yang tiada habis. Dengan kuota Nonstop, kita puas internetan tanpa henti.
Akses ini mengikuti masa aktif paket berakhir dan dapat digunakan di beberapa aplikasi ringan seperti browsing, chatting dan ojek online, tanpa menyedot pulsa pengguna. Anti sedot-sedot pulsa club gengs.
Adapun keunggulan Paket Kuota Nonstop antara lain;
- Kuota Utama Besar, kuota utama full 24 jam di semua aplikasi mulai dari 6 GB.
- Akses Nonstop, bahkan setelah kuota utama habis, pelanggan tetap dapat browsing, chatting atau order ojek online sesuai dengan masa berlaku paket.
- Tanpa Sedot Pulsa, tetap bisa internetan walau kuota utama habis.
- Harga Terjangkau, mulai dari Rp 30 ribu untuk kuota 6GB.
- Gratis menelpon dengan kualitas HD ke sesama Smartfren.
Dengan kuota yang melimpah, tentu kita bebas berekspresi, mengasah kreatifitas dan lebih produktif dalam menjalani kehidupan. Membagikan banyak cerita baik dari berbagai tempat dan peristiwa untuk sampai dan dibaca banyak orang.
Next di postingan berikutnya saya akan menceritakan kelanjutan cerita saat berada di TMII melalui cara pandang yang berbeda, mengenai bagaimana sepeda tandem mengajari kami pentingnya cara memimpin dan dipimpin.
13 komentar
Woh, iya. Saya belum pernah lihat pengukir Asmat yang perempuan. Jadi memang hanya kaum lelakinya saja ya?
BalasHapusSaya juga sering nih pakai Smartfren. Memang murah juga harganya. Tetapi, koneksinya gak murahan. Malah lancar dan kenceng
BalasHapusMau coba Smartfren kl baca bnyk keunggulannya bnyk banget ya. Tp bunda se-umur2 selalu pake Simpati Telkomsel. Gaķ ada salahnya nyoba beli kartu perdananya. Mau ajak Cucu belinya, hehe... khawatir ada yg gak paham.
BalasHapusklo kuota melimpah dan lancar jaya disaat surfing di dunia maya kita ga bosen walaupun di rumah aja ya..bakal penasaran sama cerita selanjutnya
BalasHapusOh ternyata ketrampilan mengukir di budaya Asmat itu ekslusif kaum pria ya.. TFS mba..
BalasHapusSmartfren lancar jaya...saya juga pakai modemnya mbak yang bikin acara browsing lebih seru. Melihat ukiran Papua jadi mengenang 8 tahun saat menetap disana...saya pernah ikut nari dan pakai baju adat Papua...bahkan karena salah satu keunikan berpakaian adat Papua adalah diukir, maka kaki dan wajah saya juga ikut dilukis pakai cat...duuuh seneng banget kala itu....jadi pengen browsing internet sambil mengenang semuanya tentang Papua.
BalasHapusTmII ini deket dari rumahku. Kayaknya harus nyoba main ke sini. Mantap nih internetnya lancar jadi bisa memudahkan kegiatan
BalasHapusSaya baru tau kalau di anjuangan Papua Barat TMII ini ada orang Papua yang menerima pesanan ukiran kayu. Seandainya saya ke sana, saya pun akan melakukan hal yang sama dengan Mbak Dessy, yaitu bercerita tentang pria Papua tersebut. Cerita yang bagus untuk diceritakan ya...
BalasHapuswah keren ini mbak pakai smartfren, kalau jadi wifi maksudnya berbagi internet di rumah, apakah kuotanya aman engak ya mbak? secara aku kalau beli paket terus berbagi di rumah cepet banget habisnya
BalasHapusAku uda lama banget ga ke TMII. Karena anak uda mulai SD, mau ajak maen ke TMII ahhh. Karena banyak pelajaran yang bisa diambil saat bermain ke sana.
BalasHapusBtw, kupta internet smartfren lumayan gede juga ya. Lumayan banget nih dipakai untuk PJJ :)
Senang sekali..
BalasHapusMeski tetap di Jekarda, tapi bisa berwisata edukasi dan semakin cinta dengan kebudayaan Indonesia yang kaya.
Papua memang kayak akan budaya yang begitu menarik dan menakjubkan. Looks like you are having fun at TMII
BalasHapusPapua adalah salah satu daerah yang ingin sekali saya datangi. Sayangnya sampai hari ini tak kesampaian. Yah udahlah kalau tidak bisa ke Papua ke TMII saja menikmati miniatur Papua saja, wkwkwk
BalasHapus