My Story

Virtual Diary

Creative Blog

Dialog Kebangsaan Dompet Dhuafa dalam Semangat 80 Tahun Indonesia Merdeka.

by - Agustus 14, 2025

 



Dalam sebuah forum diskusi publik yang digagas oleh Dompet Dhuafa dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, semua obrolan yang disuguhkan sungguh menarik perhatian dan pemikiran saya. Obrolan berdaging mengenai bincang manfaat tentang topik merdeka dari kemiskinan di negeri ini. Perihal mencari solusi keluar dari kemiskinan, sampai unek-unek keluh kesah atas rasa ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah dengan kebijakan yang tidak memikirkan kesejahteraan rakyatnya sendiri. 


Kemerdekaan bukan hanya soal terbebas dari penjajahan, tetapi juga tentang bagaimana setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk hidup layak, bermartabat, dan sejahtera. Itulah semangat yang diusung dalam Dialog Kebangsaan: Merajut Kebersamaan Mewujudkan Merdeka dari Kemiskinan.




Dialog Kebangsaan: Ruang untuk Sinergi dan Aksi


Acara ini tidak sekedar menjadi ruang diskusi, tetapi juga momentum untuk membangun kesadaran kolektif bahwa kemiskinan adalah tantangan bersama yang hanya bisa diatasi dengan kolaborasi lintas sektor dari pemerintah, swasta, akademisi, hingga masyarakat sipil yang menghadirkan tokoh-tokoh lintas bidang. Para narasumber dalam dialog kebangsaan berasal dari beragam latar belakang yang kaya pengalaman dan kontribusi. Hadir Parni Hadi, inisiator sekaligus Ketua Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika; Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA, Ketua Umum PBNU periode 2010–2021; Dr. KH. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., MA, Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI; Dr. Rahmat Hidayat, SE, MT, Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia periode 2024–2029; Ahmad Juwaini, Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika; Yudi Latif, MA., Ph.D., aktivis dan cendekiawan; serta Dr. H. Bambang Widjojanto, SH., MH., aktivis hukum dan demokrasi. Diskusi ini dipandu oleh Dede Apriadi, seorang jurnalis senior, yang akan mengurai pandangan para tokoh dalam upaya bersama membebaskan bangsa dari jerat kemiskinan.


Obrolan hangat diskusi kali ini mengenai peran Pancasila, moderasi beragama, kontribusi santri dan pemuda, optimalisasi masjid, serta tata kelola yang adil sebagai fondasi pengentasan kemiskinan di Indonesia. Forum ini tidak hanya menjadi ajang refleksi, tetapi juga merumuskan langkah strategis untuk mengurangi angka kemiskinan ekstrem yang masih menyentuh jutaan jiwa.


Dompet Dhuafa memaparkan bahwa pada 2024, penghimpunan dana ZIS-DSKL mencapai Rp40,509 triliun, tumbuh 25,3% dari tahun sebelumnya. Potensi ini menjadi modal sosial yang besar bagi gerakan “Merdeka dari Kemiskinan”. Para pembicara sepakat bahwa pemberdayaan masyarakat harus melampaui bantuan sesaat, berfokus pada peningkatan kapasitas, keterampilan, dan kemandirian ekonomi. Masjid, pesantren, dan komunitas lokal disebut memiliki peran strategis dalam membentuk ekosistem pemberdayaan yang berkelanjutan.


Diskusi juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara lembaga filantropi, pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Indonesia yang dikenal sebagai negara paling dermawan di dunia memiliki potensi luar biasa untuk mengatasi kemiskinan, asalkan sinergi ini dijalankan dengan tata kelola yang transparan dan akuntabel. Para tokoh menekankan bahwa kemerdekaan sejati tidak hanya diukur dari bebasnya bangsa ini dari penjajahan, tetapi juga dari bebasnya rakyat dari kemiskinan struktural, sehingga setiap warga dapat hidup dengan martabat dan kesempatan yang setara.


Merdeka dari Kemiskinan: Tantangan Nyata Bangsa


Indonesia telah merdeka selama delapan dekade, namun fakta di lapangan menunjukkan masih ada jutaan rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Menurut data terbaru Badan Pusat Statistik, meski tingkat kemiskinan menurun, kesenjangan ekonomi dan akses terhadap pendidikan, kesehatan, serta peluang kerja masih menjadi masalah serius.


Kemiskinan bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga persoalan struktural yang menyentuh berbagai aspek kehidupan. Dari ketidaksetaraan pendidikan, sulitnya akses modal usaha, hingga rendahnya literasi keuangan di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Bahkan rasa ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah dengan kebijakan yang tidak memikirkan kesejahteraan rakyat sendiri. 


Dompet Dhuafa sebagai lembaga filantropi Islam yang konsisten bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat, melihat pentingnya mengajak semua pihak untuk menyatukan visi dan aksi nyata dalam memerangi kemiskinan.




Jejak Perjalanan dan Inspirasi Kedermawanan dalam Dua Buku Terbaru Dompet Dhuafa


Dalam rangkaian acara Dialog Kebangsaan ini, #DompetDhuafa juga meluncurkan dua buku terbaru, yakni “Catur Windu Dompet Dhuafa” dan “Senyum Nabi”, yang menjadi refleksi perjalanan 32 tahun lembaga tersebut dalam mengabdi untuk kemanusiaan. Catur Windu Dompet Dhuafa memotret perjalanan panjang, capaian, dan tantangan yang dihadapi dalam mendorong gerakan filantropi Islam yang profesional dan berdampak luas. Sementara itu, Senyum Nabi mengangkat nilai-nilai keteladanan Rasulullah dalam berderma, menginspirasi pembaca untuk menjadikan kebaikan sebagai gaya hidup. Kedua buku ini bukan sekadar dokumentasi, tetapi juga panduan moral dan strategi praktis bagi siapa pun yang ingin turut serta memerdekakan masyarakat dari belenggu kemiskinan.


Semangat Kolektif untuk Indonesia yang Lebih Baik


Acara ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat kolektif dan kesepahaman antar elemen bangsa untuk memperkuat sinergi menuju Indonesia yang lebih baik. Kolaborasi yang kuat akan melahirkan langkah-langkah konkret seperti:

  • Peningkatan kualitas pendidikan untuk generasi muda agar siap menghadapi tantangan zaman.
  • Perluasan akses permodalan bagi UMKM agar mereka dapat berkembang dan bersaing.
  • Optimalisasi zakat dan wakaf produktif untuk membiayai program pemberdayaan.
  • Peningkatan literasi keuangan dan digital di kalangan masyarakat miskin dan rentan.


Dengan semangat “Merdeka dari Kemiskinan”, Dompet Dhuafa mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi turut menjadi bagian dari solusi.


Merdeka yang Sesungguhnya


Perayaan 80 tahun kemerdekaan RI adalah momentum untuk merefleksikan pencapaian sekaligus pekerjaan rumah yang masih menumpuk. Merdeka yang sejati adalah ketika setiap rakyat Indonesia memiliki kebebasan untuk menentukan masa depannya tanpa dibatasi oleh kemiskinan.


#DialogKebangsaan : Merajut Kebersamaan Mewujudkan Merdeka dari Kemiskinan menjadi bukti nyata bahwa semangat gotong royong dan kebersamaan masih menjadi kekuatan utama bangsa ini. Dengan sinergi dan aksi nyata, cita-cita Indonesia yang sejahtera dan berkeadilan sosial bukan lagi sekadar mimpi, tetapi sebuah keniscayaan.



You May Also Like

5 komentar

  1. Sebuah refleksi yang menarik atas perjalanan bangsa selama 80 tahun, serta tantangan dalam menghadapi masalah kemiskinan yang masih dihadapi. Serta perlunya gerakan perubahan yang mengangkat martabat bangsa melalui filantropi seperti yang terus dijalankan oleh Dompet Dhuafa

    BalasHapus
  2. salut sama Dompet Dhuafa sebagai lembaga filantropi Islam yang konsisten bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam memerangi kemiskinan, banyak banget aksi nyatanya ya

    BalasHapus
  3. Baca tulisan ini setelah baca berita tentang anggota DPR yang dapat gaji 100 juta per bulan, rasanya pengen nangis. Tapi sepatah hati apa pun, aku nggak mau memaki "hancur Indonesia" karena takut kejadian beneran. Masih ada setitik harapan untuk hidup lebih sejahtera, salah satunya lewat Dompet Dhuafa yang konsisten memberdayakan masyarakat.

    BalasHapus
  4. Dompet Dhuafa emang langkah visioner untuk memberdayakan umat Islam melalui ziswaf
    Gak heran di hari kemerdekaan menggelar dialog kebangsaan
    karena bangsa Indonesia harus merdeka dari kemiskinan dan kebodohan

    BalasHapus
  5. Congrats untuk peluncuran buku terbaru dari DD, semoga banyak menebarkan manfaat untuk Ummat.
    Serta semoga harapan tentang kemerdekaan ini bisa terwujud, karena pembahasan ini lagi sesuatu sekarang hehe

    BalasHapus