My Story

Virtual Diary

Creative Blog

Kupanggil Kau Surti, Gadis Cantik Dengan tompel Di Pipi Kiri

by - Agustus 31, 2012




Ia tiba-tiba muncul dimuka pintu, wanita dengan tinggi yang tak sampai 160 cm, kurus, berkulit hitam, berhiaskan tompel legam pekat sempurna di pipi kiri sebesar kepalan tangan orang dewasa. Ia bernama Surti, wanita yang ingin ibu jodohkan kepadaku. “Sial” Aku mengumpat di dalam hati berkali-kali, seharusnya ibu juga punya mata untuk melihat apakah ia cocok disandingkan denganku. Aku pria mapan dengan segala fasilitas yang telah kubeli dengan hasil keringatku sendiri, ganteng? Pasti! Sudah berapa banyak wanita cantik yang mengejar-ngejar diriku tapi kuacuhkan. Lalu sekarang? Aku akan dijodohkan kepada wanita aneh did yang senyumnya saja lebih pahit dari kopi. 

Aku seolah hendak keluar merangkak dari ruang tamu ini, andai mungkin tubuhku dapat menciut, aku akan pergi diam-diam dari celah pintu lalu bernafas lega di teras rumah kemudian pergi dengan mobil sedan silver. Jika bukan karena permintaan ibu, aku tak akan pernah menyetujui perjodohan ini, mungkin aku pria tolol yang mengiyakan sebuah perjodohan tanpa kulihat dulu siapa orangnya, ah ini demi ibu, demi ibu yang sedang sakit yang menginginkan putra semata wayangnya menikah dengan perempuan yang hampir mirip kelelawar! Mungkin tidak, kelelawar bahkan lebih manis dari dia, aku menguatkan hatiku yang gelisah sejak tadi.

3 bulan kemudian,

Kau lihat! lengkap sudah penderitaanku. 

Aku telah menikah dengannya tadi pagi, malam ini aku enggan menyentuhnya. Sejak kulihat ia pertama kali aku tak pernah mengajaknya berbicara, tapi Setidaknya aku tersenyum sekali-kali supaya ibu senang. Malam ini malam pertama kita, aku sempat kaget bukan main saat ia tiba-tiba mendekatkan wajahnya padaku, bodohnya aku malah bertanya padanya “Mau ngapain?” ia hanya menjawab bahwa hendak membetulkan selimut karena AC dikamar terlalu dingin bahkan selimut tak mampu menutupi kakiku dengan sempurna. “Ok.. baiklah” maka kubiarkan ia merapikan selimutku. 2 jam kemudian aku pergi.

-------

3 bulan kemudian, ada email dari Maryna, mantan pacarku. Emailnya bertuliskan.

Dengan penuh kerendahan hati, kami mengundang Bapak/ibu/saudara/I Dalam Walimatul Ursy putra putri kami.


Daniel Samuel (Daniel) 


Maryna Clara (Maryna) 

Tanggal : 28 September 2012

Waktu : 19.00 WIB s/d selesai

Tempat : Grand ballroom Hotel Plaza


Hari ini aku datang ke pernikahannya Maryna dengan didampingi oleh Surti istriku, sepertinya aku tak dapat bersalaman dengan kedua pengantin malam ini, karena aku sekarang mengenakan kursi roda yang setia didorong oleh surti kemanapun aku pergi, kakiku lumpuh akibat kecelakaan pada malam pertama saat aku menikah dengan Surti, mungkin ini karma! karena saat itu, aku dengan tega meninggalkan ia sendiri dikamar lalu pergi mengendarai mobil hendak menginap di hotel ternama, alasannya karena aku muak melihat wajahnya berbaring disampingku. 


Sebuah kebodohan sempurna yang kulakukan hingga harus dibayar dengan sejuta penyesalan tapi harus kuakui, kecantikan hati Surti melebihi segalanya. Semua teman-temanku menertawai aku, mereka mengejekku bahwa seorang playboy kelas kakap yang sering dipuja wanita cantik, kini harus menikah dengan perempuan aneh bertompel besar di pipi kiri. Aku tak perduli dengan ejekan mereka, pandanganku sekarang berbeda. 

Surti adalah wanita baik yang mencintaiku tulus tanpa mengenal harta yang kumiliki, wanita tabah yang sampai sekarang pun kegadisannya belum pernah aku renggut karena kakiku sempurna cacat dan aku terlalu sibuk meratapi kecacatanku sendiri. Wanita sederhana dengan ucapan halus di setiap tutur, wanita pintar yang selalu memasak makanan apapun yang aku suka, wanita rajin yang selalu membersihkan rumah tanpa mengeluh, wanita romantis yang selalu menanam bunga di halaman, tak bosan-bosannya ia memberikan beberapa helai kepadaku, wanita sholeha yang tak pernah lupa Dhuha dan Tahajud, wanita yang mengajariku mengaji, bahkan wanita yang menyuapiku setiap hari dan memapahku ke kamar mandi, wanita yang selalu tertawa mendengar aku bercerita walau hal-hal sederhana yang aku utarakan sekalipun. Aku tak perduli ocehan mereka. Surti itu istriku, gadis cantik dengan tompel di pipi kiri.

You May Also Like

0 komentar