Sepatu Tua Bapak dan Kursi Roda
Mak, saya jatuh cinta sama sepatu tua bapak. Sepatu ini barusan saya semir. Ini sepatu yang paling hebat yang pernah saya lihat, Mak. Sepatu usang dari kaki orang jujur seperti bapak. Sepatu yang ditindihi kaki orang melarat yang mampu menahan syahwat dari pikiran-pikiran bejat.
Mak, aku ini sama sekali tak iri pada nasib mereka yang melimpah harta, ketika ujung-ujungnya bukan bahagia tapi justru di tangkap KPK. Dunia ini sudah sableng, kemudian ditata oleh orang gendeng, lama-lama bikin kita tarik urat hingga senewen. Wong di negri kita taraf pendidikan masih minus nol derajat, tapi masih saja tersiar kabar wakil rakyat sibuk telanjang bulat.
Mak, saya masih ingat ucapan manis bapak. “Ketika hidup sinkron dengan simphony, maka seharusnya kita mencintai irama negeri sendiri.” Bapak juga bilang sambil mengelus kepala saya berulang kali “ Tutur harus diatur nak, jangan suka ngomong ngawur hingga terjebak dalam pikiran ngelantur.”
Mak, sampaikan salam sayang saya buat bapak, jika saya lelah lalu tertidur lebih dulu hingga lupa salim ketika bapak balik kerja nanti. Katakan pada bapak saya suka kursi rodanya, jangan pernah malu mempunyai anak lumpuh seperti saya, Mak. Cita-cita saya ingin jadi penyair, doakan semoga berhasil. Bapak bilang, “Walau penyair lumpuh. Ia tetap bisa berdiri dengan kakinya. Kaki-kaki kata yang dihidupkan melalui tangannya. Dan senjata bagi semua ide di kepalanya”
0 komentar