Mengintip Konsep Bisnis Hijau Dengan Lebih Kreatif
Meracik kehidupan untuk lebih berbenah diri agar kalimat “Together
We Build A Better Future” mampu kita senandungkan dengan cara dan langkah kaki
yang lebih bersinergi. Kehidupan punya andil menyapa kita dengan banyak cerita,
ketika kita memiliki segudang aksi. Ikut berperan serta dalam Wisata Heritage
Green Industry bersama PT Semen Padang dan Komunitas Wegi ke Ranah Minang dan
menginjakkan kaki di Tanah Minangkabau, memiliki memoriable dan kebahagaiaan
tersendiri sebelum hingga setelahnya. Kebersamaan, persahabatan, pengalaman,
ketulusan, menjadi gong dalam diri yang kian menarik ulur ingatan singkat
perjalanan kemarin.
Kekaguman dan kepedulian dari para penggiat sosial media,
blogger, reporter, dan fhotografer dalam mewartakan hasil review yang mereka
kumpulkan serta mengeksplorasi keindahan alam yang kami singgahi terlukis di
wajah-wajah nan ceria. Kedua bola mata pun ikut memainkan perannya untuk
mengamati. Dalam rangka 106 tahun PT Semen Padang, terus berupaya membangun persepsi
brand kualitas terbaik serta berkomitmen ramah lingkungan dan menerapkan konsep
bisnis hijau berkelanjutan pantas diapresiasi.
Sebuah cerita bermula pada kamis, 17 maret 2016. Hujan gerimis
di luar tak menyurutkan langkah kaki saya untuk menghimpun segudang edukasi
mengenai green industry. Berbincang bersama di lobby hotel Ibis – Bandara Soetta
dengan mas Novy perwakilan dari Semen Gresik dan Komunitas Wegi membuat waktu seolah berjalan
cepat. Pembahasan blogger dan wacana peduli lingkungan kini tak hanya sekedar
wacana. Kami generasi hijau selalu punya langkah untuk bergerak lebih maju
menjadi baik. Demi hijaunya bangsa, demi melihat segarnya dunia. Kamar 507 –
Ibis hotel ditemani mba Serly (Sekper dari Semen Gresik) teman sekamar yang ceria menjadi
saksi awal, dimana langkah kaki kecil hendak menghantarkan menuju Padang. Pukul
04.00 wib blogger dan komunitas wegi mulai bergerak menuju bandara Soetta, dengan
tujuan Jakarta – Minangkabau menggunakan pesawat Garuda. Sesampainya di bandara
Minangkabau kami disambut hangat oleh Tim dari PT. Semen Padang (Uni kaka, Uda
Arya, Uda Andhika dll) segera lantas menuju ruang ganti dengan kostum merah
berlogo PT Semen Padang. Sebab merah berarti: Berani, bersemangat, berkarya,
berjuang.
Para blogger, pejantan dan srikandi generasi hijau akan
menjalani serangkaian aktifitas perjalanan, pemberhentian pertama, sarapan pagi
di rumah makan Ajo Puncak Kiambang, yang berada di jalan Raya Padang Bukit Tinggi
KM 44. Menu pilihan saya jatuh ke Nasi Soto kriuk Padang dan Es Kelapa Muda.
Sebagai pecinta kuliner dan hobby masak, untuk rasa soto yang ditawarkan bagi
saya termasuk ke dalam kategori standard. Rasa gurih dari kuah soto tanpa santan dan
kriuk dari daging empal dan paru yang digoreng membuat cita rasa tersendiri
yang memang belum pernah saya cicipi.
Sarapan selesai, kami pun berlanjut melakukan trip
selanjutnya dengan tujuan destinasi Jam Gadang. Setelah puas menghabiskan
memori dengan mengabadikan jejak dalam rangkaian jepretan kamera, saya pun mengelilingi
pasar oleh-oleh terdekat, membeli magnet kulkas, beberapa sendal, dengan ikon
dan hiasan Rumah Minang. Sampailah di waktu yang dinanti yaitu Makan Siang
bersama, di Los Lambuang – Nasi Kapau Ni Er Bukit Tinggi yang berada di Pasar
Lereang “Nasi Kapau uni, jo gulai
tambusu! Tambuah ciek, labiehkan kuahnyo” seru para pelanggan yang berdatangan
ke warung Ni Er.
Panci-panci besar berisikan sambal, lauk-pauk, gulai cubadak,
gulai tunjang, gulai babek, gulai cincang, gulai tambusu, ikan bakar, ayam
bakar, sayur rebung, sambal lado ijau dan dendeng merupakan varian menu yang
dapat kalian pilih jika berkunjung kesana. Keramah-tamahan dan senyum manis Ni
Er melayani pengunjung secara sigap mengelap piring dan beraksi dengan sendok
gulai bertangkai panjang berkepalakan tempurung diikuti gerakan seirama
mengaduk sambal dan gulai yang tersedia di panci-panci besar tersebut.
Dentingan suara pengamen dan senandung tembang-tembang minang beradu dengan
dentingan piring para pelanggan, memperlengkap kehangatan suasana yang terjalin
selama makan siang di Los Lambuang. Ciri khas nasi kapau ini terletak pada
singkong dengan potongan kotak dadu yang dimasak kering nan garing dengan rasa
bumbu rendangnya. Ah, nikmat.
Siap-siap destinasi selanjutnya, yaitu Lobang Jepang dan
Ngarai Sihanok. Mendengar sejarah terbentuk dan peristiwa yang terjadi oleh
Tour Guide tentang lobang jepang kala itu membuat saya berdecak kagum. Keindahan
alam Ngarai Sihanok pun tak luput dari incaran lensa kamera. Hujan mulai turun,
ada beberapa destinasi yang gagal kami kunjungi seperti Great Wall dikarenakan
keterbatasan waktu dan kemacetan yang terjadi karena bersamaan dengan hari
balai atau hari pasar, saya sempat melihat sekilas rumah puisi Taufik Ismail,
rumah budaya Fadli Zone, dan dibelakang rumah puisi Taufik Ismail terdapat
gunung Singgalang sedangkan di sebelah kanan terdapat Gunung Marapi. Tujuan
kami berikut mengunjungi Rumah Gadang di Tanah Datar, menurut Uni kaka daerah
padang panjang seperti serambi mekkahnya Aceh, karena sangat kental dengan
nuansa muslimnya.
Di padang terkenal dengan yoghurt yang terbuat dari susu kerbau bernama Dadiah. Tak terasa, sampailah kita ke Istano Basa Pagaruyung yang terletak di Kota Batu Sangkar, kecamatan Tanjung Emas, kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Kontribusi PT Semen Padang untuk pembangunan budaya di Istano Basa Pagaruyung sangatlah besar. Istana Silindang Bulan adalah istana sebenarnya, Pagaruyung hanyalah istana replika yang dibuat lebih besar. Saya sempat merasakan memakai pakaian minang, seolah dejavu menjadi bagian dari Putri Minang kala itu. Keseruan dan aktifitas yang dikemas secara apik dengan tim yang handal membuat serangkaian aktifitas sangat berkesan dan mencair.
Di padang terkenal dengan yoghurt yang terbuat dari susu kerbau bernama Dadiah. Tak terasa, sampailah kita ke Istano Basa Pagaruyung yang terletak di Kota Batu Sangkar, kecamatan Tanjung Emas, kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Kontribusi PT Semen Padang untuk pembangunan budaya di Istano Basa Pagaruyung sangatlah besar. Istana Silindang Bulan adalah istana sebenarnya, Pagaruyung hanyalah istana replika yang dibuat lebih besar. Saya sempat merasakan memakai pakaian minang, seolah dejavu menjadi bagian dari Putri Minang kala itu. Keseruan dan aktifitas yang dikemas secara apik dengan tim yang handal membuat serangkaian aktifitas sangat berkesan dan mencair.
Tanggal 18 Maret 2016 malam, kami meluncur ke Restoran
Pangek Ikan Sasau, yang berhadapan langsung dengan Danau Singkarak. Danau
Singkarak termasuk danau ke 2 terbesar di Sumatera, luas danau singkarak 106,8
km berbatasan langsung antara Tanah Datar dan kabupaten Solok. Setelah makan
malam, kita langsung ke penginapan di Mess PT Semen Padang. Badan yang mulai
terasa lelah terbayar dengan pengalaman dan edukasi yang didapatkan seharian.
Pagi di mess Indarung...
Matahari mulai mengintip dan malu-malu menampakkan wajahnya.
Sepanjang mata memandang terhampar luas padang golf nan hijau milik PT Semen
Padang. Terlihat bersih dan bebas sampah. Jembatan yang menggantung diantara
sungai yang mengalir di bawahnya menjadi objek utama kamera saya pagi ini, alas
jembatan memakai ban bekas rupanya, cara kreatif mengaplikasikan Green Industry
untuk ikut mencanangkan program 5R (Reduce, Reuse, Replace, Recycle, Replant) Awalnya
padang golf ini adalah bukit tanah liat, karena sudah habis dikeruk sebagai
bahan baku semen maka dijadikan lahan bermanfaat dan menjadi lahan golf dan
Taman Reklamasi. Catatan dalam program upaya mengacu mencintai lingkungan.
Keriuhan dan keramaian mulai ditemui kembali ketika
rombongan blogger dari luar pulau Sumatera berada di lokasi Wisma Indarung
untuk sarapan, kami bertemu dengan para blogger lain dari lingkup Sumatera
Barat. Perkenalan, sapa, dan bertukar sosial media dan website mulai terasa
kembali. Menu ketupat Sayur Pakis dan kepul secangkir kopi menjadi pelengkap
pagi yang saya pilih untuk energi awal menuju ke area Stadion Agus Salim, saya
sempat mengabadikan gambar, bagaimana awan di langit Stadion ikut serta
memeriahkan Ulang Tahun PT Semen Padang ke 106 tahun dengan menampakkan dirinya
melalui bentuk bulu angsa terbentang di langit. Seolah ikut merayakan dan
memberikan tanda bahwa PT Semen Padang kejayaannya selalu dapat terbang ringan
setinggi langit.
Dari Stadion Agus Salim kami berlalu, bus mulai melewati Museum
Bank Indonesia, disusul menuju UKM Batik Tanah Liek dan Workshop UKM Batik
Tanah Liek yang merupakan mitra binaan
dari PT Semen Padang. Antusiasme para peserta untuk segera menjadi bagian dalam
mempelajari bagaimana cara membatik menggunakan tekhnik cetak maupun tekhnik
tradisional dengan menggunakan lilin (malam) dan canting sebagai alat pembentuk
motif diatas kain mori (biasanya dari sutra atau katun) Sedangkan untuk tekhnik
pewarnaan sendiri batik Tanah Liek menggunakan pewarna alami dari Kulit
rambutan, kulit jengkol, gambir, kulit manggis dan tanah liek (tanah liat).
Puas berkeliling di UKM Batik Tanah Liek, saya beristirahat sebentar untuk mencicil
tulisan di blog mini, lalu tak selang lama kami pun bergegas ke PLTA Rasak
Bungo dan melihat Proses Blasting tambang PT Semen Padang, Karang Putih – Kilangan
dengan jaket, helm pengaman yang disediakan oleh PT. Semen Padang merupakan safety
yang diutamakan di lapangan menjadi prioritas bagi diri pribadi terlebih dahulu.
Beruntung sekali saya menjadi salah satu peserta yang melihat detik-detik proses
blasting batu kapur diledakkan, rupanya tidak segarang ledakan di Film Action
James Bond, namanya juga Green Industry. Blasting PT Semen Padang ini wajib
dilakukan pada siang hari, yang berlokasi di bukit Karang Putih kecamatan
Kilangan. Setelah proses Blasting selesai, kami diijinkan untuk session foto di ban-ban dengan ukuran berkali-kali lipat dari tubuh saya. Lalu kembali ke Wisma
Indarung untuk mencermati presentasi Compro PT Semen Padang dan diskusi tanya
jawab dari para Blogger mengenai kilas balik PT Semen Padang dan Langkah ke
depan dalam menggaungkan Green Industry agar tetap memiliki visi “How to be a
great corporate” sehingga perseroan tetap berada dalam posisi excellent
performance.
Usai makan siang kami melanjutkan trip ke Pabrik Indarung 1
yang dibangun pada tahun 1910, pabrik yang hanya bukan tertua di Indonesia tapi
juga di Asia Tenggara. Dengan historis inilah menjadi value sehingga membangun
SDM-SDM yang lebih punya keahlian. Untuk menjadi perusahaan berkelas
internasional, perusahaan dan seluruh kekuatan pendukung perusahaan harus
berpikir ke arah yang sama. Budaya perusahaan mengarah ke arah internasional
harus terus menerus dipupuk. Semen Indonesia Group, Gabungan dari sejumlah
karakteristik dan budaya dari perusahaan yang terkonsolidasi (Semen Padang,
Semen Gresik, Semen Tonasa, Thang Long) dengan begitu mampu menyelaraskan
kultur lama yang telah melekat menuju kultur baru. Setelah berkunjung dari
pabrik indarung 1 yang ketika di tarik isu bahwa Pabrik yang didirikan di tahun
1910 ini sudah dilirik oleh cineas Belanda untuk dijadikan bahan pertimbangan
sebagai lokasi syuting film James Bond terbaru, merasakan bagaimana mengenakan
pakaian Noni Belanda dan berfoto di spot-spot yang memang pas untuk diabadikan,
lalu kami pun mulai beranjak ke Taman reklamasi untuk mencoba bermain golf, dan
kembali ke Wisma Indarung untuk makan malam, acara bincang santai dan menunggu pengumuman pemenang live tweet terbaik. Bahagia sekali ketika saya dinobatkan
menjadi juara ke 2 live tweet walau pun sinyal handphone saya tidak berfungsi
disana, senjata perang seorang blogger adalah gadget dan sinyal. Dengan memanfaatkan
wifi mess indarung dan wifi teman blogger yang berbaik hati walau pun dengan
waktu yang terbatas, rupanya saya masih diperkenankan meraih juara juga. Happy.
Usai balik dari padang langkah kaki para laskar generasi
hijau tak sampai di sana, Minggu pagi tanggal 20 Maret blogger dan komunitas
wegi melakukan aksi di bundaran HI – CFD dengan bertemakan Trash Free Day, sebagai upaya peduli
lingkungan dengan mengumpulkan sampah dan kaleng-kaleng bekas untuk dijadikan
sebagai kerajinan tangan dan mengirimnya ke perusahaan penghasil produk
tersebut. Untuk review selanjutnya mengenai komunitas wegi dan Trash Free Day
akan saya tuliskan selengkapnya pada tulisan berikutnya.
Serangkaian acara kemarin membuka mata saya bahwa dibalik
perusahaan yang hebat, dibelakangnya terdapat SDM-SDM handal, profesional yang
mendongkrak dan menjadi bagian dari simultan untuk menumbuhkan budaya inovasi menjadi
perseroan sebagai “Center of research and engineering” akan berguna untuk tiga
hal yakni pengembangan kemampuan tekhnologinya di industri semen seperti
kesuksesan WHRPG yang menjadi Role model di Indonesia, pengelolaan pabrik semen
yang modern dan mandiri serta pengembangan bisnis baru sebagai upaya nilai
tambah bagi perseroan serta memperdulikan kesejahteraan sosial agar selalu
berkomitmen untuk ramah lingkungan dan menerapkan konsep bisnis hijau
berkelanjutan.
Regard,
Dessy Achieriny
Regard,
Dessy Achieriny
Dessyachieriny@yahoo.com
Twitter: @dessyachieriny
instagram: @dessyachieriny
2 komentar
Yoghurt dr susu kerbau? Rasanya pigimana tuh mbak? Duh enak enak ya makanan di sana
BalasHapusRasanya seperti yoghurt pada umumnya mba, hanya saja saya lebih suka yang berasal dari susu sapi... Bukit Tinggi selain udaranya sejuk juga banyak wisata dan kuliner yang patut untuk dikunjungi. Salam hangat.
Hapus