Tips Penting Kelola Keuangan
Mengatur pola keuangan dengan baik akan menunjang kebahagiaan keluarga dan masa depan anak-anak. Berkesempatan untuk ikut pembahasan Fun Talk IG live-nya dari Home Credit dalam Campaign #AyoMajuBersama mengenai topik "Dompet Aman Keluarga Nyaman" bersama Financial Planner Dipa Andika kemarin, sungguh memberikan dampak besar dan masukan positif lain yang saya tangkap, mengenai tips penting kelola keuangan.
Mengelola finansial dengan cara yang fun diperlukan saat ini bagi generasi milenial yang tidak suka didikte. Terlebih dengan kondisi saat ini ketika pemasukan tidak stabil dan turun naik, kita harus cerdik dan teliti mengatur keuangan.
Hal krusial yang perlu dipersiapkan dalam kondisi sekarang dalam mengelola keuangan adalah:
Mencatat Post Pengeluaran
Mencatat post pengeluaran merupakan point yang paling penting sehingga tidak boleh ditunda-tunda. Kita bisa mencatat melalui media apa saja. Baik itu buku, notes ponsel dan bantuan aplikasi lain seperti excel dan spreadsheet. Hanya saja menurut Financial Planner Dipa Andika alangkah baiknya menggunakan media digital di notes ponsel. Jika sudah berumah tangga bisa menggunakan aplikasi lain untuk bisa sharing bersama sehingga bisa langsung diakses melalui smartphone.
Membuat catatan keuangan adalah kebiasaan baik yang kerap saya lakukan sejak lama. Saya membuat tabel spreadsheet mengenai pemasukan dan pengeluaran apa saja, termasuk hal-hal yang kecil sekalipun. Pengeluaran kecil yang tak terduga inilah kadang justru memicu pemborosan. Dari selisih neraca keuangan setiap bulan tersebut, akan terlihat perkiraan berapa yang bisa kita jadikan patokan untuk menabung setiap bulannya.
Sisihkan untuk Dana Darurat
Setiap bulan kita harus menyisihkan persiapan dana darurat. Kisaran berapa sih dana darurat yang harus kita persiapkan? Jumlah yang disarankan adalah 6x dari pengeluaran setiap bulannya.
Ketika pengeluaran setiap bulan kita berkisar 5 juta, maka kita harus mempersiapkan dana darurat sebesar Rp. 30.000.000
Sehingga ketika ada kondisi darurat seperti pandemi sekarang ini, kita bisa bertahan hidup selama 6 bulan ke depan dengan adanya persiapan dana darurat yang bisa kita gunakan.
Menabung di Awal
Menabung adalah kebiasaan baik yang harus kita tanamkan sejak dini termasuk ditularkan kepada anak-anak. Menabung bisa diwujudkan jika kita sudah mengetahui perkiraan dari neraca pemasukan dan pengeluaran tiap bulan. Kenapa harus di awal? Ini disebabkan jika menabung ditunda-tunda di akhir bulan, menunggu waktu ketika sudah memenuhi post-post wajib yang harus dikeluarkan, seringkali ada saja kebutuhan-kebutuhan lain yang seolah lebih penting, sehingga membuat kita enggan dan tidak jadi menabung.
Hutang di-nol kan dan Jangan Menambah Hutang
Kehidupan tentu akan lebih tenang dan nyaman jika kita sama sekali tidak memiliki hutang. Jika kita memiliki beberapa cicilan rumah, mobil dan motor. Kita harus mempunyai target untuk bisa melunasinya. Dalam kondisi pandemi saat ini saat belum mampu melunasi hutang, maka lebih baik disarankan jangan menambah hutang.
Mulai Berpikir untuk Berinvestasi.
Di masa pandemi saat ini investasi masih diperlukan tergantung dari neraca keuangan tadi, kapan kita harus berinvestasi secara tepat harus melalui strategi wait & see. Ketika dirasa menguntungkan, maka lakukan.
Setelah kita sudah memiliki dana darurat dan berhasil menyelesaikan semua hutang yang ada, maka kita mulai memikirkan tujuan untuk investasi masa depan.
Tips dari Mas Dipa Andika saat Fun Talk bersama Home Credit tidak hanya sebagai masukan positif namun Alhamdulilah-nya sudah saya laksanakan. Dengan begitu makin semangat untuk mencatat pengeluaran agar tidak lupa sehingga mampu mengontrol pengeluaran bulanan dan bisa memanage keuangan dengan lebih teliti lagi.
Sebagai lulusan Akuntansi saya terbiasa berkutat dengan jurnal-jurnal, sehingga untuk perencanaan keuangan dalam rumah tangga lumayan matang untuk saya terapkan di rumah. Sejak awal saya membiasakan diri dengan membuat rincian pemasukan dan pengeluaran melalui spreadsheet.
Di sana tempat saya mencatat pengeluaran-pengeluaran apa saja setiap bulannya secara langsung dan tidak ditunda. Sehingga ketika akhir bulan, selisih dari pemasukan dan pengeluaran tadi, saya pindahkan ke pembukuan lain pada tabel tabungan yang didapat dari sisa belanja bulanan di luar tambahan pendapatan saya sebagai blogger.
Alhamdulilah, kami sudah memenuhi 4 point penting di atas. Setelah me-nol-kan hutang dengan menyelesaikan cicilan rumah, mobil dan motor, membuat saya lebih mudah untuk mengontrol keuangan masuk dan keluar serta hidup terasa lebih tenang. Kini saatnya untuk saya membahas bagaimana saya menghemat listrik untuk menekan adanya Latte Factor.
Apa sih Latte Factor?
Latte Factor adalah pengeluaran-pengeluaran kecil yang tidak terpikirkan setiap bulannya. Orang-orang menghabiskan uang karena terbiasa, karena alasan kenyamanan, hingga alasan lain seperti emosional. Contoh Latte Factor adalah kongkow di cafe, bayar parkir, dan kebiasaan buruk yang memicu menambah pengeluaran, seperti tergiur diskon dari sale e-commerce padahal barang tersebut tidak butuh, charger yang lupa kita cabut, lampu yang lupa dimatikan saat kita tidak membutuhkan.
Kebiasaan buruk inilah yang dapat menambah pemborosan pengeluaran. Karena konsumsi listrik harus kita bayarkan. Cerdik memilih watt listrik untuk membeli barang elektronik juga diperlukan. Belajar dari pengalaman saya yang terjebak memilih barang elektronik dengan watt tinggi, menjadi pelajaran penting saat itu. Bahwa jeli membeli produk elektronik merupakan point yang tak kalah penting. Kemudian saya mengganti beberapa barang lama dengan watt yang lebih murah, hasilnya setiap bulan saya menghemat sekitar 300 rb rupiah. Tentunya jika dikalkulasikan selama setahun menjadi pengeluaran yang besar sehingga bisa dialokasikan ke hal-hal yang lain.
Kebiasaan-kebiasaan baik untuk mengelola keuangan yang tertanam dalam diri kita akan mempermudah hidup kita ke depan. Sebab yang memiliki kendali atas diri kita dan pilihan hidup adalah diri sendiri. Kenalilah dirimu lebih dulu untuk mengontrol emosi, kenyamanan melalui proses pemikiran panjang agar mampu mengelola keuangan dengan baik.
47 komentar
Selama pandemi lumayan lah meminimalkan late factor Des :)
BalasHapusHarus lebih disiplin mencatat nih, aku semangat di awal aja biasanya
Banget, bahkan hemat biaya rutin ojek online, asal jangan tergiur flash sale di e-commerce aja ya.. Ahaha.
HapusParah banget nih sejak pandemi saya jadi jarang update catatan keuangan, karena kebanyakan transaksinya online (bonnya digital) jadi ditunda-tunda, enggak kaya transakasi offline yang bonnya pengen cepet2 dibuang
BalasHapusAku justru selama pandemi lebih rajin mencatat keuangan karena kondisi keuangan yg naik turun, mau gak mau mengharuskan teliti dalam mengelola keuangan agar setiap bulan tetep balance. Hal2 gak penting perlu direm.
HapusAlhamdulillah sebagian besar tipsnya udah dilakukan kecuali mencatat pengeluaran...pernah nyoba tapi tak konsisten
BalasHapusAku nyatat di notes ponsel mbak, lebih praktis Krn hp selalu dipegang bahkan tiap makan di restoran pun aku catet, bayar grab dll hehe
HapusDi zaman serba ngga pasti ini, kita harus lebih WISE mengelola keuangan sebaik mungkin.
BalasHapusDana darurat dan lain2 juga kudu disiapkan dgn paripurna.
Semangaaattt!
Iya mbak, saat kejadian pandemi gini setidaknya kita bisa survive ketika punya dana darurat untuk kehidupan berapa bulan ke depan saat sama sekali gak ada pemasukan.
HapusSaya dulu rajin menulis tentang uang yang keluar dan masuk. Sekarang tidak lagi, duh jadi malu. Harus belajar banyak.
BalasHapusSemangat mencatat lagi yuk mbak, supaya lebih terkontrol... ❤️❤️❤️
HapusLatte factor rasanya terbabat habis nih di saat pandemi kalau untuk saya. Beneran semakin memisahkan mana kebutuhan dan keinginan. Harus disiplin lagi mengatur keuangan
BalasHapusIya teori kadang lebih mudah dibanding pelaksanaannya. Harus bisa ngontrol nafsu juga untuk gak tergiur ini itu yang kurang penting.
HapusSelama pandemi saya cuman seminggu sekali keluar sih, tapi tetep aja boros di makanan.
BalasHapusSering beli di luar, saking saya nggak punya waktu buat masak.
Rempong ngerjain ini itu.
memang kudu semangat lagi atur keuangan nih :)
Aku malah tambah rajin masak mbak Rey, lebih irit soalnya. Kalau beli rasanya boros bgt pengeluaran, berasa. Hehe. tapi kegiatan dan aktifitas setiap orang beda-beda, seperti kaya mbak Rey yang sibuk memang sedikit susah ya. Semangaaat untuk sama-sama memanage keuangan dengan baik ya mbak 💞
HapusLatte factor itu jujur aja banyak banget sih klo aku huhu secara ga sadar main keluar-keluar uang aja apalagi kalau flash sale skincare duhh ampun deh. Tp sekarang udah dikurangin sih.
BalasHapusAku dulu iya mbak, gak bisa liat baju bagus dikit di e-commerce langsung aja beli bayarnya soalnya gampang ada M banking. Sekarang udh mulai ngerem.
HapusLatte factornya berubah jadi shopee factor ni selama pandemi hihihi. Aku juga ada background akuntansi Mbak, bersyukur banget ya, sempat mencicipi ilmu ini :)
BalasHapusWkwkwk Shopee factor... ini realita bgt mbak... Dulu aku pun main masukin keranjang padahal barang flash sale suka gak penting 😅
HapusKenapa ya, susaaah banget mencatat pengeluaran sehari-hari. Selalu saja macet di tengah jalan. Haha...
BalasHapusBTW terima kasih sharing tipsnya mba..
Sama-sama mbak.. semangat mencatat pengeluaran yuk mbak. Pasti bisa ❤️
HapusSetujuu nih, hutang dinolkan dan siapkan dana darurat. Alhamdulillah banyak ilmu dan nutrisi selama pandemi ini ya kak, jadi semangat berinvestasi.
BalasHapusIya kak Ima.. Alhamdulilah aku sama sekali gak ada cicilan hutang,Lebih tenang hidup. Tinggal mikirin uang anak kuliah wkwk
HapusMenabung, berinventasi, berhemat harus dimulai dari sekarang. Waktunya ambil pelajaran dari pandemi Yang saat ini sedang dialami
BalasHapusWaduh, ada beberapa latte factor-ku nih. Noted banget, nggak boleh dibiarkan. Sekarang masih ada soft loan ke ortu, namanya utang tetep aja jadi pikiran, semoga segera lunas. Aamiin..
BalasHapusLate faktor ini yang kadang nambah pengeluaran, ya, Mbak. Emang perlu nyatet juga pengeluaran, menyisihkan buat nabung biar keuangan terkendali.
BalasHapusBener...dan kita semua baru tersadar saat dihadapkan pada masa pandemi ini. Meski telat, ga papa lah..jadi pada belajar. Termasuk saya.
HapusLatte factor nih yg bkin duit hbs tak dkira2.. dikit2 tpi jd bukit..hahaa
BalasHapusHahahha Latte factor ini yang ga berasa banget pengeluarannya. Kalo ditumpukin perbulannya ya lumayan.
BalasHapusSemoga kita bisa mengelola keuangan dengan baik, tetep memberikan jatah buat jajan kopi.
Sharing dari Dipa Andika sudah mulai saya terapkan untuk pengelolaan keuangan di rumah. Alhamdulillah sudah bebas hutang sejak 3 tahun yang lalu dan sekarang mulai untuk berinvestasi
BalasHapusIya juga ya yg termasuk latte factor ini, kalau dikumpul, jadi gede juga. Sayang banget ya...
BalasHapusMulai lagi ah ketatin dalam perencanaan keuangan dan hemat segalanya
Memang saat pandemi ini masalah keuangan faktor utama mbak. Harus bener² mengelola keuangan.
BalasHapusBanyak sekali tempat belajar selama di rumah aja, salah satunya dengan mengikuti fun talknya HomeCredit ini. Tiap minggu selalu menyajikan topik yang berbeda, yang pastinya bisa memberikan banyak insight buat kita.
BalasHapusYang paling melegakan itu nggak punya hutang ya Mam, hidup berkecukupan pengen apa bisa beli. Ini seru banget Mam acaranya ada tips penting kelola keuangan darimu bikin makin melek literasi ekonomi
BalasHapusSetuju, Nyi..
HapusKalau hidup apa adanya gak berhutang, memang paling membahagiakan dan tenang.
aku merasa ada untungnya kuliah accounting sebelumnya dan bisa dipraktikkan untuk memastikan pengeluaran bisa diatur dengan baik
BalasHapusSetuju mbak Latte Faktor menyebabkan pengeluaran yang tidak terduga dan juga laporan keuangan jadi defisit di akhir periode.
BalasHapusWah iya ya, emang atur keuangan keluarga itu susah susah gampang ya
BalasHapusAku sadar banget siih...akan latte factor ini.
BalasHapusSelalu ada kesenangan tersendiri pas jajan online. Tapi pas barangnya datang, seringnya bingung "Kenapa aku kemarin pengen beli ini yaa...?"
kudu bisa diatur kembali keuangan kita agar bisa lebih bijak dan tidak menyesal kemudian ya mba
BalasHapusHikmah pandemi suamiku jdi melek investasi. Mulai melirik emas buat tabungan hehe. Alhamdulillah. Kami juga sepakat ga mau berhutang
BalasHapusSedapat mungkin kita hindari nih latte factor yang disebutkan di atas. Yang ga penting-penting hapus semua ya dari daftar prioritas.
BalasHapusAku juga rajin catat pengeluaran harian Mbak Desi disamping pengeluaran pos rutin seperti listrik, spp, asuransi dan lain-lain. Karena pengeluaran harian meski dikit-dikit seringnya bocor alus. Aku catat pakai aplikasi keuangan
BalasHapusAku gk pernah nih mencatat pengeluaran duh makanya sering bobol hihihi baca tips2nya pas bngt diterapkan buat sehari2 yaa
BalasHapusAku sama suami juga konsisten catat pengeluaran dan prioritaskan Dana darurat, mbak.. Keren tipsnya
BalasHapusSetiap bulan buat rencana dan pos pengeluaran nah biasanya late factor ini yg buat laporan keuangan dan pengeluaran membengkak mbak hihi
BalasHapusaku latte faktornya kayaknya belanja kosmetik deh. sekarang gampang banget tergoda kalau ada diskon di ecommerce. heu
BalasHapuspandemi ini bikin kerasa banget ya pentingnya pengelolaan keuangan keluarga yang baik. dan pencatatan itu hal yang dasar banget dalam pengelolaan.
BalasHapus