My Story

Virtual Diary

Creative Blog

Merajut Tradisi Kayu Lantung: Keunikan Semilir Ecoprint dalam Warisan Budaya Tak Benda

by - Oktober 29, 2023

 



Meski hari masih muda di pukul 10 pagi. Bayang-bayang menjadi lisut. Unggas kecil berlari mencari rejeki dari tumpukan jerami kering dan beras yang diumbar kemarin di celah daun. Mbah Lung, mengusap batik koleksinya dan beberapa batik peninggalan leluhur, suaranya lirih, sayup-sayup mendendangkan tembang macapat sekar gambuh. Koleksi batik Mbah Lung, banyak sekali. Terpampang di lemari kaca miliknya. Bahkan saya hanya bisa melihat dibalik pembatas kaca dengan ornamen lampu sorot berwarna kuning terang, tanpa boleh menyentuhnya. Lampu sorot sukses membuat tumpukan batik, menjadi dua kali lipat lebih cantik. Buat kalian pecinta batik, rumah Mbah Lung seolah menjadi surga. Kini Mbah Lung telah tiada, lebih dulu dipanggil yang Maha Kuasa. 


"Awalnya, batik merupakan hasil dari orang Jawa yang ingin mengekspresikan alam semesta dengan jiwa seninya melalui sebuah kain. Batik itu seni. Seni itu mahal. Mereka tak hanya sekedar menjual kain. Proses panjang bisa kalian lihat dalam sebuah karya seni di dalam batik," ucapan ini masih saya ingat di kepala. Saya hanya manggut-manggut perlahan. Membenarkan ocehannya yang masih terngiang di ingatan. 


Kenangan masa lalu membuat saya kembali memulihkan ingatan, bahwa saya juga pernah belajar membatik dua kali. Pertama, saat berkunjung ke museum Batik di daerah Jawa Tengah, dan yang kedua saat melipir ke workshop batik tulis di daerah Tulungagung. Sungguh tak semudah bayangan saya, kesulitan mulai terasa, bahkan saat baru saja memulai memegang canting sampai harus menahan panasnya malam (lilin) yang digunakan ke dalam kain. Jika tak pandai, maka lelehan malam bisa mengenai kulit tangan dan meluber kemana-mana. Membuat batik menjadi tak terlihat indah, berbeda bagi yang telah terbiasa. 


Saya memperhatikan bentuk canting, unik dengan ujung yang menyerupai pena. Canting berasal dari bahasa Jawa yang berarti alat untuk melukis batik tulis. Canting batik terdiri dari tiga bagian yaitu cucuk, nyamplung dan pegangan. Cucuk atau carat fungsinya seperti mata pena yang meruncing sebagai ujung keluarnya cairan malam. Fungsi nyamplung sebagai tempat memasukkan malam panas. Lilin batik (malam) biron merupakan jenis lilin batik yang digunakan pada proses mbironi (menutup sebagian ornamen pokok atau ornamen tambahan pada kain batik. Bagian ini, bagi saya yang paling sulit. 


Pengalaman Membatik di Museum Batik
Belajar Membatik di Tulungagung 



Napak Tilas Batik: Jejak Perjalanan Seni Membatik


Batik adalah seni yang telah menghiasi budaya Indonesia selama berabad-abad. Di balik setiap pola dan warna yang indah, ada cerita panjang tentang asal usulnya dan perjalanan seni batik yang menakjubkan. Tak sedikit bahkan menjadikannya sebuah koleksi untuk sekedar dilihat dan dinikmati. 


Kesenian batik di Indonesia paling tua ditemukan di abad ke-17 masehi dan 18 masehi pada masa kerajaan Majapahit. Saat itu batik hanya digunakan oleh orang-orang keraton dan pengikutnya. Namun, lambat laun, seni batik juga disebarkan di luar keraton dan menjadi pakaian yang juga dikenakan oleh masyarakat umum. Setiap motif batik memiliki cerita dan filosofinya sendiri. Entah kenapa, setiap wanita yang memakai batik, bagi saya terlihat anggun dan bermartabat. Mungkin dulu, kain batik seringkali digunakan oleh kalangan bangsawan dan kerajaan. Kini batik lebih modern, bahkan ada blazer motif batik, jaket batik, cardigan, tas bahkan sandal dll. Batik merupakan hasil karya bangsa Indonesia, perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur.


Asal Usul Batik

Asal usul batik sebenarnya sulit ditelusuri secara pasti karena telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia. Namun, ada beberapa teori tentang asal usulnya:

  • Teori Indonesia: Teori lain menyatakan bahwa batik telah ada di Indonesia sejak zaman kuno, terinspirasi oleh seni pahat pada candi-candi.
  • Teori Jawa: Batik Jawa khususnya memiliki sejarah yang panjang. Sejak abad ke-4 Masehi, batik telah menjadi bagian dari budaya Jawa.
  • Teori India: Beberapa sejarawan percaya bahwa seni batik pertama kali muncul di India sebelum menyebar ke Indonesia melalui perdagangan.

Namun saya lebih mempercayai bahwa asal usul batik, asli budaya Indonesia. Mengulik rasa penasaran dengan batik India, saya pun mencari tahu. Kegiatan membatik di India ini, rupanya baru mulai digalakkan sekitar tahun 1516 di daerah Palikat dan Gujarat. Tempat itu dikenal dengan pantai utara Malabar. Di tempat itu pula, dibuat sejenis kain batik dalam bentuk lukisan menggunakan lilin, kemudian dipasarkan ke malaya yang dikenal dengan nama “batik palikat”. Namun perbedaannya ada di proses pembuatan dan alatnya. Proses membatik di Indonesia, pemberian warna pada proses membatik di India memakai cairan panas atau mendidih. Alat yang digunakan untuk membuat ragam hias di India tidak menggunakan canting, tetapi menggunakan stempel atau pena kayu. Menarik ya, jika membahas mengenai seni batik satu ini. 


Napak tilas batik adalah upaya untuk mengikuti jejak perjalanan batik dari masa lalu hingga masa kini. Beberapa tempat yang dapat dikunjungi dalam napak tilas meliputi:


1. Museum Batik: Museum-museum di berbagai kota Indonesia menyimpan koleksi batik bersejarah yang memungkinkan Anda melihat perkembangan seni batik dari zaman dulu hingga sekarang.


2. Desa Batik: Banyak desa di Jawa, seperti Lasem dan Pekalongan, terkenal dengan produksi batik mereka. Mengunjungi desa-desa ini akan memberi Anda wawasan mendalam tentang proses pembuatan batik.


3. Pameran Batik: Acara-acara pameran batik sering diadakan di seluruh Indonesia. Mereka adalah tempat yang baik untuk menemukan batik tradisional dan modern.


Batik Ecoprint dalam Budaya Kontemporer: Kesan Modern pada Tradisi Klasik


Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang patut kita banggakan. Menghargai perjalanan panjang seni membatik membuat kita mengenal sejarah negeri sendiri pelan-pelan, dari asal usulnya hingga keberlanjutannya dalam budaya kontemporer. Bahkan kini sudah mulai berkembang dengan beragam kreativitas salah satunya Batik Ecoprint. 


"Bahan alami yang digunakan untuk teknik Ecoprint banyak sekali, bisa dengan bunga, batang, daun, dan lain-lain yang memiliki pigmen warna. Jadi ecoprint ini bisa memanfaatkan tumbuhan dari lingkungan sekitar," ujar seorang kawan yang sedang asik menggeluti batik ecoprint di rumahnya. Sesekali ia mengikuti pameran fashion di beberapa tempat. Saya hanya melihat, mendengar dan sesekali menjajal teknik ini. 




Menyelami Keunikan dan Proses Pembuatan Batik Ecoprint 


Budaya fashion berkelanjutan semakin menjadi perbincangan hangat di seluruh dunia, dan salah satu teknik yang mulai mendapatkan perhatian adalah ecoprint. 


Apa itu Ecoprint?


Ecoprint adalah teknik cetak tekstil yang unik dan ramah lingkungan. Teknik ini melibatkan penggunaan daun, bunga, dan bahan alam lainnya untuk mencetak motif dan warna pada kain. Yang membuatnya istimewa adalah proses ini tidak memerlukan pewarna kimia atau zat berbahaya lainnya yang merusak lingkungan. Selain itu, ecoprint juga menghasilkan desain yang unik dan organik karena motifnya terinspirasi dari alam. Proses ecoprint rupanya terbilang sederhana. Awalnya, saya pikir sangat rumit. 





Proses Mordanting 

Berawal dari proses Mordanting atau pengolahan kain, jika kalian ingin membuat Ecoprint, maka hal pertama yang dilakukan adalah melakukan perendaman air tawas selama 3 hari. Fungsinya agar membuka pori-pori pada kain, sehingga motif akan tercetak sempurna. Ini adalah tips untuk mempertahankan warna bahan atau kain menjadi lebih awet.


Proses Pencetakan 

Dalam proses pencetakan ini, maka kain direntangkan lebih dahulu, kemudian dicetak. Siapkan daun, lalu letakkan di atas kain dengan membuat pola yang diinginkan. Kemudian tutup kain tersebut, dengan kain lainnya untuk menghasilkan corak warna. Setelahnya, digulung dengan kayu agar motif tidak bergeser. Selanjutnya ikat kencang sebagai teknik untuk mengunci warna. 


Proses Mengukus

Tahap selanjutnya mengukus. Kukus kain yang sudah diikat selama dua hingga tiga jam, agar hasil dari ecoprint tersebut menghasilkan corak yang bagus.


Proses Pendiaman dan pembersihan 

Setelah proses pengukusan, maka lakukan proses pendiaman selama 3 hari dan pembersihan kain dari daun-daun yang menempel. 


Proses Fiksasi

Proses ini merupakan proses terakhir pembuatan Ecoprint dengan melakukan perendaman kembali dengan air tawas, dengan tujuan mengikat motif dan menjaga agar warna tidak luntur. Setelahnya dicuci menggunakan lerak dan dijemur diterik matahari. 


Menarik bukan? 





Potensi Ekonomi Kreatif Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan 


Berbicara tentang potensi ekonomi kreatif lokal yang berkelanjutan, mau tak mau, harus ada langkah baru. Melirik kembali apa saja produk lokal yang kita punya. Dinilai dari pertumbuhan Sektor Ekonomi Kreatif (EKRAF) Indonesia yang meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Ekonomi kreatif dirasa sangat potensial dalam menggerakkan roda perekonomian Indonesia di masa yang akan datang. Karena sektor ekonomi bertumpu pada inovasi dan kreativitas. Sebagai negara dengan keanekaragaman hayati terbesar ke-2 di dunia, jelas saja, negeri kita memiliki sumber daya alam yang begitu melimpah, sehingga banyak bahan alami tersaji di sini untuk kita nikmati dan gunakan, termasuk di dalamnya potensi kerajinan, ragam kain, bahkan pangan dll.


Tren ramah lingkungan, dengan merambah ke dunia busana dinilai sangat mendukung di era sekarang. Hal ini tentu menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan, baik yang berlatar belakang batik maupun bukan, seperti bentuk kerajinan tangan berupa kain dengan motif daun dengan teknik ecoprint, yakni menggunakan pewarna alam. Batik Ecoprint kini menjadi trend dan mulai digemari. Batik kontemporer yang tentunya menambah khasanah batik etnik lokal di Indonesia selain batik tulis dan batik cap. Batik Ecoprint merupakan batik yang ramah lingkungan karena tidak menimbulkan limbah atau pencemaran, baik pencemaran air, tanah dan udara. 


Perlu kalian tahu, limbah daun yang digunakan untuk pewarna alami Ecoprint bahkan bisa digunakan untuk pupuk, karena telah melalui proses pengukusan, maka daun dapat membusuk lebih cepat. 


Pewarna merah alami, Secang 


Salah satu pewarna alami yang digunakan adalah Secang. Dari sebuah kenangan masa kecil Elvira yang seringkali berkunjung ke pemakaman Raja di Imogiri di Yogjakarta. "Dulu sering melihat wedang  sampah atau sekarang lebih dikenal dengan wedang uwuh minuman herbal yang bermanfaat untuk kesehatan hasil racikan dari masyarakat di Imogiri. Yang menarik adalah kulit kayu berwarna merah yang dicampur ke dalam minuman rempah ini.   Namanya Secang, warnanya merah seperti fanta, karena secang menghasilkan warna maka oleh masyarakat Imogiri juga digunakan sebagai pewarna kain yang juga digunakan sebagai pewarna alami di produk Semilir Ecoprint," ujarnya menjelaskan dalam sebuah laman sosial medianya.


Pict source: Semilir Ecoprint 

Peran Alfira Oktaviani dalam Mempopulerkan Ecoprint

Alfira Oktaviani adalah salah satu desainer yang sangat berperan dalam mengenalkan ecoprint kepada dunia fashion. Dengan visinya untuk menghadirkan pakaian yang indah dan berkelanjutan, dia telah menggunakan teknik ini dalam koleksi-koleksinya. Karyanya telah menarik perhatian banyak orang dan mendapatkan pengakuan di panggung fashion internasional.




Kisah inspiratif Alfira Oktaviani, Penerima Apresiasi Astra, yang menaikkan Ecoprint menjadi Fashion Lokal yang Go International 


Seperti halnya Alfira Oktaviani, salah satu penerima apresiasi dari PT Astra sebagai sosok muda inspiratif di ajang 13th SATU Indonesia Awards 2022. Ia dinilai memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan masyarakat dalam bidang kewirausahaan, yang mengangkat Teknik Ecoprint menjadi fashion lokal agar Go Internasional. Melalui Semilir Ecoprint Artisan,  brand eco fashion yang digagas oleh Alfira Oktaviani dengan tujuan ingin mengenalkan budaya fashion berkelanjutan yang ramah lingkungan di Indonesia melalui teknik ecoprint. Semilir merupakan brand fashion asal Bantul, Yogyakarta yang juga pernah menjadi finalis Kreatif Lokal Award 2020. Semilir merupakan salah satu usaha yang mengusung teknik ecoprint, sebuah proses mentransfer warna daun ke kain melalui kontak langsung sehingga menghasilkan warna dan motif kain secara alami. Serta mengusung konsep Ethical Fashion yang memperhatikan lingkungan dan pemberdayaan ibu-ibu sekitar. Produk-produk Semilir Ecoprint dipasarkan di seluruh Indonesia, terutama di kota-kota besar. Beberapa di antaranya telah diekspor ke Amerika, Jepang, Australia, Afrika Selatan, dan Eropa.





Alfira menekuni dan mengembangkan batik Ecoprint dengan branding Semilir Ecoprint Artisan. Ia mengolah bahan alami menjadi ragam kerajinan seperti tas, dompet, pouch, baju, tempat tissue dan ragam kerajinan lokal lainnya. Usaha ini dimulai sejak 2017 oleh Alfira Oktaviani sendiri yang merupakan seorang mompreneur muda lulusan sarjana apoteker Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Rasa cintanya terhadap dunia fashion dan seni membuatnya tertarik mempelajari seni ecoprint yang baru masuk Indonesia di kisaran tahun 2016. 


Di perumahan Griya Asri Pratama, Desa Donoharjo, Sleman inilah, ia memulai usahanya dengan mengumpulkan beberapa ragam tumbuhan pewarna Ecoprint dan menanamnya di rumah, serta mulai menekuni Ecoprint dengan memilih serat alami kain. Serat alami kain bisa didapatkan dari tumbuhan, juga kulit hewan. Karena serat alami dirasa cukup mampu dan paling baik dalam hal menyerap warna. Serat alami yang ia gunakan yaitu kelompok selulosa diantaranya: linen, katun, goni dan serat kayu. Sedangkan kelompok protein, ada sutera, wol dan kulit binatang. Sedangkan daun yang bisa digunakan sebagai motif warna diantaranya daun jati, daun jambu biji, miyono, kelengkeng merah, jarak kepyar, daun lanang, teruju dll. 


Dengan tekad keterampilan yang ia miliki dan modal Rp 500 ribu, Alfira memulai bisnis fashion ecoprint ini. Bekal saat kuliah apoteker, mata kuliah manajemen bisnis, morfologi tumbuhan hingga teknik kimia sangatlah berguna dalam memulai usaha dan mengembangkan bisnis Semilir ini. Semilir memproduksi tas wanita. Namun seiring berkembangnya permintaan pasar juga memproduksi kain ecoprint, baju hingga homedécor bertema ecoprint bahkan hingga ke luar negeri. 




Ciri Khas Semilir Ecoprint Menggunakan Warisan Budaya Tak Benda yaitu Kayu Lantung 


Letak keunikan Ecoprint ada pada proses pembuatan yang sama, namun menghasilkan produk yang tak akan sama, karena baik warna dan motif tidak bisa diulang. Rasa bangga dengan usaha Ecoprint yang ia geluti, mampu menghasilkan karya seharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Keberhasilan ini tidak terlepas dari ide awal yang diberikan oleh ayahanda Alfira, yang mengusulkan penggunaan kulit kayu lantung dalam desain produk Semilir. Alfira kemudian melakukan penelitian dan eksperimen sendiri untuk mempelajari lebih lanjut mengenai kulit kayu lantung dan menggali asal-usul serta nilai budayanya.



Potret masyarakat desa Papahan Bengkulu bersama kain lantung (kiri: Nenek Nuraini - dok. IG semilir_ecoprint)


Saya pun tak kalah penasaran, melalui sosial media Semilir Ecoprint dan Nenek Nuraini saya banyak belajar. Nenek Nuraini merupakan bagian saksi sejarah bagaimana kulit lantung digunakan oleh masyarakat Bengkulu saat masa penjajahan, untuk digunakan sebagai kain basahan, yaitu kain penutup yang bisa digunakan saat mandi di sungai. Ia terbiasa sejak kecil mencari kayu Lantung di hutan bersama ayahnya. Di sebelah nenek terdapat perikai dan kayu balok yang berasal dari kayu gadis. Perikai merupakan kayu yang biasa digunakan sebagai alat untuk memukul kayu lantung yang berbunyi nyaring.


Ide cemerlang kain lantung, muncul dari masyarakat Bengkulu sebagai bahan alternatif kain yang menjadi bahan utama dalam membuat pakaian. Dulu, berbagai macam jenis pohon masih tergolong melimpah sehingga mudah dimanfaatkan. Kain lantung memiliki nilai historis yang tinggi lantaran dibuat saat kehidupan masyarakat Bengkulu sedang mengalami masa-masa kesulitan pada tahun 1943 atau tepatnya saat masa penjajahan Jepang. Akhirnya, masyarakat pun mulai memanfaatkan kulit kayu sebagai bahan utama pembuat pakaian sehari-hari. Selain kuat, kulit kayu  lantung sendiri tidak gampang rusak seperti kain pada umumnya.


Kain yang menjadi salah satu simbol perjuangan bagi masyarakat Bengkulu terhadap penjajahan. Berasal dari kulit pohon terap dengan nama ilmiah Artocarpus Altilis, kain kayu lantung lahir dengan proses yang panjang. Pohon ini sejenis pohon sukun-sukunan yang memiliki getah sehingga membuatnya tidak mudah rusak. Bayangkan saja, sejak tahun 1945 luas hutan yang ada di Provinsi Bengkulu yakni 1.200.000 hektar. Luas hutan yang sedemikian besar sangat memungkinkan ketersediaan bahan baku kulit kayu lantung. Biasanya bahan baku kulit lantung berada di sela-sela pepohonan lainnya yang tumbuh liar. 


Bahkan di sebuah desa terpencil yang berjarak 250 kilometer dari kota Bengkulu, sebagian masyarakatnya masih berpegang teguh menjalani profesi sebagai pengrajin kain kayu lantung. Tepatnya, di Desa Papahan, Kecamatan Kinal, Kabupaten Kaur, Bengkulu. Pencari pohon lantung memiliki keahlian tersendiri. Kulit pohonnya yang tebal dan memiliki serat, dengan lebar sekitar 1 (satu) sampai 3 (tiga) sentimeter dan panjang pohon sekitar 5 (lima) sampai 7 (tujuh) meter. Pohon lantung yang baik biasanya berumur 4 (empat) sampai 5 (lima) tahun, semakin tua umurnya semakin baik kualitas kulit yang akan dibuat kain lantung tersebut. Para pengrajin rela memasuki hutan, mencari pohon terap yang usianya lima hingga sepuluh tahun untuk diambil kulitnya. Dari kulit inilah proses pembuatan kain kayu lantung dimulai.


Berkat keunikan dan sejarah kain kayu lantung, pada tahun 2015 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menetapkan kain kayu lantung sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Provinsi Bengkulu.


Kayu Lantung dalam Ecoprint: Seni Kreatif Dibalik Kain Tradisional


Inovasi Semilir Ecoprint menggunakan kayu Lantung menjadi perhatian baru di masyarakat untuk memperkenalkan secara langsung keindahan kepada masyarakat Indonesia bahkan dunia internasional. Melalui teknik ecoprint, kulit kayu lantung diubah menjadi karya seni yang lebih indah, berwarna dan menarik. Semilir Ecoprint menjadi titik baru yang menyadarkan kita, bahwa pentingnya mempertahankan dan melestarikan warisan budaya. 


Tak hanya itu, ia juga menjadi bagian yang ikut andil dalam hal melestarikan budaya dan dan melestarikan lingkungan karena setiap proses pembuatannya, tidak menggunakan bahan kimia yang dapat merusak atau mencemari lingkungan. 


Produk Semilir mengacu pada segmen pasar menengah ke atas, sekitar umur 20-60 tahun yang memiliki green natural life style dan mencintai produk handmade dan lokal. Karyanya telah dinikmati di berbagai penjuru daerah, baik lokal dan internasional. Keunggulan produk Semilir yakni memadukan warisan budaya Indonesia di setiap produk. Salah satunya, inovasi produk ecoprint pada media kulit kayu lantung (program mengusung lantung Bengkulu dengan keindahan ecoprint). Hasil ecoprint Semilir memiliki motif yang tegas dan warna yang khas, dengan warna earthy-pastel.


Keunggulan Ecoprint dalam Budaya Fashion Berkelanjutan


Ramah Lingkungan 

Salah satu keunggulan utama ecoprint adalah tidak adanya limbah berbahaya yang dihasilkan dalam proses produksi. Ini membantu mengurangi dampak negatif fashion terhadap lingkungan.


Kreativitas Tanpa Batas

Dengan menggunakan bahan alam, desainer memiliki peluang tanpa batas untuk menciptakan motif dan warna yang unik. Setiap hasil cetakan ecoprint adalah karya seni alam yang tidak ada dua yang sama.


Mendorong Kesadaran Lingkungan 

Mengenakan pakaian dengan cetakan alam dapat menjadi cara yang baik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi alam dan keberlanjutan.


Pendukung Ekonomi Lokal

Teknik ini juga mendukung ekonomi lokal dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang tersedia di lingkungan sekitar dan memberdayakan ibu-ibu daerah setempat untuk dapat memiliki penghasilan tambahan. 


Semangat SATU Indonesia 

Yuk mari bersama-sama, kita ciptakan masa depan yang lebih baik untuk Indonesia. SATU Indonesia Award mampu memberikan perubahan yang positif. Tebarkan semangat inovasi dan keberlanjutan di Indonesia. Dukunglah mereka yang telah berjuang untuk mewujudkan perubahan positif, serta memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan merangkul budaya lokal.

Semoga banyak lahir-lahir ide kreatif dari para generasi muda selanjutnya untuk mengembangkan potensi ekonomi kreatif lokal yang akan memperkuat pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Dengan adanya Anugerah Astra melalui ajang SATU Indonesia Awards maka harapan besar, bahwa semakin banyak pemuda-pemudi Indonesia yang terus semangat bergerak dan tumbuh bersama untuk memberikan dampak positif lebih besar kepada pembangunan di daerahnya. Sebab generasi muda memegang peranan penting dalam mempercepat pembangunan Indonesia. 


Sumber Foto

Instagram: @Semilir_Ecoprint 

Infografis : doc.pribadi 

Sumber Artikel 

https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/pelestari-kain-lantung-bengkulu/

https://www.indonesiana.id/read/164836/semilir-ecoprint-menginspirasi-fesyen-berkelanjutan-dengan-kulit-kayu-lantung

https://www.idntimes.com/life/inspiration/indy-mabarroh/semilir-bisnis-fashion-ecoprint-kain-lantung-c1c2




You May Also Like

0 komentar