Dari Alam, untuk Alam: Pelepah Pinang sebagai Senjata Melawan Polusi Plastik
Ilustrasi sampah Styrofoam menumpuk di lautan. Sumber: Ecoredux |
Di meja makan yang dipenuhi aroma nasi hangat dan tawa keluarga, percakapan kami beralih pada kisah Rengkuh Banyu dan perjuangannya mengubah limbah sampah menjadi berkah. Anak sulung saya, lulusan Biologi ITB yang sempat mengabdikan dirinya di desa Cikidang, Bandung. Di saat genting pandemi Covid, ia bersama para petani setempat mengubah limbah sayur yang terabaikan menjadi larutan pembersih alami (sanitizer) melalui proses Ecoenzim. Kini, saat mendengar tentang prospek pelepah yang terlupakan di sudut kebun, ada seberkas cahaya harapan dalam benaknya, seolah semua serpihan cerita perjuangan melawan limbah ini bukan sekadar upaya sederhana, melainkan awal dari sebuah langkah besar menuju dunia yang lebih baik.
Masyarakat dan lingkungan merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Tidak dapat dipungkiri, berbagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat akan menimbulkan dampak atau perubahan bagi lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir, layanan pesan-antar makanan secara daring menjadi kebiasaan baru bagi masyarakat Indonesia, yang turut memperbesar penggunaan styrofoam dan plastik sekali pakai dalam industri kuliner. Hasilnya jelas, jumlah sampah styrofoam dan plastik di Indonesia pun melonjak tinggi yang pada akhirnya berdampak buruk bagi lingkungan. Di Jabodetabek saja, penggunaan kemasan plastik dari layanan pesan-antar makanan mencapai 18 juta buah per hari pada tahun 2018.
Kedua produk serbaguna ini memang tergolong relatif murah, ringan, dan tahan air sehingga tak terelakkan styrofoam dan plastik marak digunakan oleh para pengusaha makanan. Akan tetapi, ada konsekuensi yang harus kita tanggung atas kelebihan yang kita dapatkan ini. Plastik dan styrofoam membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai secara alami sehingga menjadi ancaman serius bagi lingkungan. Penumpukkan kedua jenis sampah ini mungkin sudah sering kita temui, terutama di lautan, di mana sampah-sampah ini mencemari ekosistem dan mengancam keberlangsungan makhluk hidup di laut. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran jika tidak ada tindakan nyata untuk mengurangi penggunaan styrofoam dan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Coba bayangkan jika hal ini terjadi secara terus-menerus, mungkin jumlah sampah styrofoam dan plastik di masa depan akan melampaui populasi serangga dengan persentase jumlah tertinggi dari seluruh makhluk hidup di dunia. Mengerikan!
Sumber: modifikasi dari kids.mongabay.com dan environmentaldefence.ca |
Alih-alih melakukan pendekatan daur ulang seperti kebanyakan seruan di berbagai media sosial, seorang pemuda asal Jakarta melakukan pendekatan yang berbeda, yaitu mengganti styrofoam dan plastik dengan material yang ramah lingkungan. Dia adalah Rengkuh Banyu Mahandaru, pendiri perusahaan Plepah yang memproduksi kontainer makanan dari bahan baku pelepah daun pinang. Plepah berfokus pada pemberdayaan masyarakat di Sumatera Selatan dan Jambi melalui pengolahan limbah agrikultur komoditas pohon pinang menjadi kemasan makanan ramah lingkungan. Tentunya, hal ini bukanlah hal yang dapat dilakukan secara instan seperti menyeduh kopi sachet sebelum berangkat kerja. Berbagai tantangan dihadapi oleh Rengkuh dalam melakukan riset ini.
Sumber: instagram @filmantologi |
Jejak Langkah Plepah: Perjalanan Menuju Keberlanjutan
Dimulai saat Rengkuh pergi ke India, hal menarik yang melintas di depan penglihatannya adalah warga India telah menggunakan daun-daunan dalam peralatan makanannya. Dari hal ini, Rengkuh memiliki pemikiran bahwa Indonesia juga seharusnya bisa melakukan hal yang sama. Tentunya hal ini bisa tercapai dengan menggabungkan pengetahuan teknologi dan desain dari pemuda-pemuda Indonesia. Dari hal tersebut, Rengkuh memulai proyek riset pada tahun 2018 dengan pergi ke Jambi bersama kedua rekannya untuk melakukan studi kelayakan. Alih-alih hanya menyelesaikan permasalahan sampah plastik, Rengkuh menemukan permasalahan lain yang berada di Jambi, yaitu adanya permasalahan kebakaran hutan di Jambi pada tahun 2018. Rengkuh bahkan rela berada di area kebakaran hutan selama 11 hari untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut.
Sumber: gapki.id |
Terhitung sejak Januari hingga Agustus 2018, luasan lahan yang terbakar akibat kebakaran hutan di Jambi mencapai 670,78 hektar. Tidak hanya masalah luasan area yang terbakar, tetapi pemadaman api di Jambi juga sulit dilakukan akibat luasnya area lahan gambut, yaitu lahan dengan lapisan materi organik yang tebal. Seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah, lahan gambut memiliki lapisan yang berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan, serta jasad hewan yang membusuk sehingga mengandung karbon yang tinggi. Apabila kebakaran terjadi di lahan gambut, api akan terus masuk ke dalam tanah dan membakar lapisan materi organik di dalam tanah sehingga hanya asapnya saja yang tampak di permukaan. Hal ini menyebabkan tindakan penanganan kebakaran di lahan gambut menjadi sulit dilakukan.
Ilustrasi kedalaman gambut sumber: (File masyarakat Pantau Gambut) |
Dari analisis kondisi tersebut, Rengkuh menemukan adanya pelepah pohon pinang yang hanya dianggap sampah dan dikumpulkan di sekitaran lahan oleh petani di Jambi. Hal ini dilakukan agar pelepah pohon membusuk secara alami dan dijadikan pupuk bagi komoditas pohon di sana. Akan tetapi, apabila jumlah pelepah pohon terlalu banyak, sampah plepah ini akan dibakar dan menjadi salah satu pemicu kebakaran hutan di Jambi. Dengan demikian, Rengkuh memikirkan inovasi yang tidak hanya berpusat pada penanganan sampah plastik, tetapi juga menggabungkan permasalahan plastik tersebut dengan masalah kebakaran hutan di Jambi dengan menggunakan bahan utama pelepah sebagai produk kontainer makanan ramah lingkungan. Rengkuh beranggapan bahwa hal ini merupakan potensi ekonomi yang besar dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
Sumber : Plepah_id |
Mengoptimalkan Sumber Daya Lokal: Upaya Rengkuh dalam Produksi Kemasan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang
Berasal dari latar belakang desain produk, Rengkuh menghadapi tantangan yang unik saat harus mengorganisasi masyarakat lokal untuk mendukung produksi kontainer makanan berbahan dasar pelepah pinang. Visi Rengkuh adalah menciptakan produk yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga melibatkan masyarakat sekitar dalam proses produksinya. Namun, koordinasi dan pembelajaran mengenai sistem produksi serta manajemen keuangan menjadi tantangan tersendiri.
Untuk mengatasi tantangan ini, Rengkuh bersama timnya menjalin kerja sama strategis dengan Zoological Society of London (ZSL), sebuah organisasi nirlaba internasional. Melalui kolaborasi ini, mereka tidak hanya mendapatkan dukungan teknis dan pendampingan, tetapi juga memperkenalkan konsep koperasi bagi masyarakat setempat. Sistem koperasi ini memberikan akses kepada komunitas untuk belajar tentang manajemen keuangan dan tata kelola usaha, yang sangat diperlukan dalam menjalankan proses produksi yang berkelanjutan.
Dengan dukungan dari ZSL, Rengkuh dan tim berhasil memberdayakan masyarakat melalui edukasi dan pelatihan keuangan yang mendasar. Upaya ini membuka peluang bagi masyarakat untuk tidak hanya berperan dalam produksi, tetapi juga memperoleh keuntungan ekonomi secara langsung. Inisiatif ini menjadi lebih dari sekadar produksi kemasan ramah lingkungan, tetapi juga sebuah pemberdayaan sosial yang menghubungkan masyarakat dengan peluang ekonomi yang baru dan berkelanjutan.
Menghadapi Tantangan: Meraih Pasar dengan Kemasan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang
Ketika tim Plepah memulai perjalanan mereka untuk memperkenalkan produk kemasan ramah lingkungan yang terbuat dari pelepah pinang, tantangan terbesar adalah meyakinkan pasar. Produk ini begitu baru sehingga edukasi tentang manfaat dan kelebihannya sangat dibutuhkan. Untuk itu, tim memutuskan melakukan pemasaran langsung ke berbagai pelaku usaha, mengunjungi Bali untuk memperkenalkan dan menawarkan produk ini secara "door-to-door." Namun, tanggapan dari pasar tidak selalu positif, karena belum banyak yang memahami keunggulan produk ini, seperti dampaknya yang ramah lingkungan.
Untuk menarik minat pasar, tim memulai dengan membuat produk sederhana, seperti piring, yang bisa langsung digunakan oleh pelaku industri kuliner. Mereka juga memanfaatkan festival makanan di Bandung dan Jakarta sebagai tempat untuk memperkenalkan produk tersebut. Namun, tim dihadapkan pada kendala teknis: mesin produksi yang digunakan masih belum optimal dan sering mengalami kerusakan, bahkan kadang hanya mampu memproduksi 100 buah per bulan, jauh dari target 2000 buah.
Menghadapi hambatan ini, tim Plepah berfokus pada penyempurnaan mesin hingga akhirnya mampu mencapai produksi 1000 unit, dan kemudian kembali ke pasar untuk memperkenalkan produk mereka pada akhir 2019 hingga awal 2020. Usaha keras ini membuahkan hasil, produk dari pelepah pinang ini mendapatkan dukungan sponsor, berbagai penghargaan, serta paten. Produk ini pun resmi diluncurkan, dan tak lama setelahnya, pesanan hingga 50 ribu unit mulai berdatangan.
Namun, takdir punya rencana lain. Hanya seminggu setelah pesanan besar pertama masuk, pandemi COVID-19 melanda. Permintaan dari berbagai pihak pun mendadak dibatalkan. Tantangan yang tak terduga ini menunjukkan ketangguhan tim Pelepah dalam berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan.
Kunjungan Bapak Sandiaga Uno (atas) dan kunjungan Hiroki Matsuo - Vice Minister for science, Technology and Innovation policy of Japan. (bawah) Sumber : Plepah_id |
Rancang Mesin Adaptif: Solusi Hemat dan Berkelanjutan untuk Masyarakat Lokal
Tidak berhenti pada inovasi produk ramah lingkungan, Rengkuh Banyu Mahandaru mengambil langkah lebih jauh dengan merancang mesin produksi kontainer makanan yang mudah dioperasikan oleh masyarakat setempat. Menyadari pentingnya keselarasan antara teknologi dan kemampuan pengguna, Rengkuh merancang mesin adaptif dengan mempertimbangkan kapasitas listrik yang tersedia, ruang operasional, hingga kemudahan perbaikan yang bisa diakses oleh masyarakat setempat. Ide ini muncul dari tantangan logistik yang kerap kali dihadapi ketika membawa mesin ke daerah terpencil, seperti hutan, yang membuat biaya transportasi menjadi sangat tinggi. Dengan mendesain mesin sendiri, Rengkuh berharap dapat memangkas biaya, menghemat ruang, dan mendukung keberlanjutan bisnis.
Dalam proses perancangannya, Rengkuh merencanakan untuk menggunakan komponen-komponen yang mudah ditemukan di pasaran, seperti suku cadang dari berbagai jenis sepeda motor yang umum. Dengan pendekatan ini, masyarakat setempat tidak hanya bisa menggunakan mesinnya, tetapi juga akan diajarkan cara melakukan perawatan dan perbaikan sederhana. Hal ini memungkinkan mereka untuk memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar mereka, sekaligus mengurangi ketergantungan pada suku cadang mahal atau perbaikan yang harus didatangkan dari luar daerah.
Secara keseluruhan, ini adalah solusi "paket hemat" yang efisien dan ramah lingkungan—dimana satu solusi sederhana dapat memberikan berbagai manfaat yang menguntungkan masyarakat lokal.
Proses Pembuatan Plepah Menjadi Produk Makanan Sekali Pakai
Ketika saya masih kecil, saya sering menyaksikan langsung metode pembuatan wadah makanan, bahkan pernah berkunjung ke pabriknya. Di perusahaan tempat ibu saya bekerja, mereka tidak menggunakan pelepah pinang seperti yang populer saat ini, melainkan kulit kayu yang diolah menjadi mangkuk dan wadah makanan. Proses itu begitu melekat dalam ingatan saya, dari aroma kayu yang khas hingga cara kulit kayu diproses menjadi wadah yang kokoh namun alami.
Kini, seiring waktu, wadah makanan sekali pakai dari pelepah pinang mulai banyak diperkenalkan sebagai alternatif ramah lingkungan. Melihat hal ini, saya merasa tertarik untuk mendalami metode pembuatannya, membandingkannya dengan proses yang pernah saya saksikan dulu. Rasanya, ada kepuasan tersendiri ketika melihat bagaimana alam menyediakan bahan-bahan yang bisa kita olah menjadi sesuatu yang bermanfaat, tanpa harus merusak keseimbangannya.
Rupanya plepah dirancang dan dibuat cetakan khusus yang dipasang pada mesin tekan piring sekali pakai, sehingga selubung daun pinang dapat dibentuk menjadi wadah yang kuat dan fungsional.
Dalam proses ini, kepadatan selubung terukur sebesar 0,423 g/cm³ sebelum pengepresan dan 0,391 g/cm³ setelah pengepresan. Persentase kadar air selubung daun pinang sebelum pengepresan panas adalah 19,19%, yang menurun menjadi 5,01% setelah proses pengepresan. Hal ini menunjukkan perubahan signifikan dalam struktur selubung.
Selubung daun pinang juga menunjukkan kekakuan yang berbeda sesuai arah seratnya; pada arah garis selubung, kekakuannya mencapai 416,9 g.cm, sementara pada arah tegak lurus selubung, kekakuannya sebesar 65,1 g.cm. Selain itu, tingkat penyerapan air yang tercatat sebesar 0,021 g/min menjadikannya memenuhi standar pengemasan makanan sekali pakai, yang mampu menampung makanan berkuah atau bersaus tanpa mengurangi kualitas wadah.
Dengan karakteristik ini, wadah berbahan dasar selubung daun pinang menjadi alternatif yang ramah lingkungan dan cocok untuk kebutuhan pengemasan makanan sekali pakai.
Sumber : Plepah_id |
Transformasi Pelepah Pinang Menjadi Produk Ramah Lingkungan
Produk dari pelepah pinang karya Rengkuh Banyu Mahandaru menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam upaya pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Plepah pinang, yang sebelumnya sering dianggap limbah, diubah menjadi produk bernilai tambah yang ramah lingkungan. Produk-produk ini dibuat melalui proses yang mengutamakan konsep daur ulang dan rendah emisi karbon, sehingga memberikan dampak positif bagi lingkungan. Selain itu, dengan menggunakan bahan alami, produk ini mampu menghadirkan daya tahan dan kekuatan yang cukup baik, menjadikannya alternatif yang kompetitif dibandingkan dengan produk berbahan plastik atau kayu.
Selain aspek lingkungan, produk pelepah pinang ini juga membawa keuntungan ekonomis, khususnya bagi komunitas lokal. Dengan mengolah pelepah pinang menjadi berbagai barang seperti alat makan, kerajinan tangan, atau peralatan rumah tangga, masyarakat mendapatkan sumber pendapatan baru. Produk ini tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan dan ekonomi, tetapi juga memperkuat nilai budaya lokal dengan menghadirkan desain yang khas dan estetika alami dari pelepah pinang. Kombinasi antara kepraktisan dan keindahan visual membuat produk ini semakin menarik bagi konsumen yang mencari alternatif ramah lingkungan dan bernilai seni tinggi.
Berikut adalah beberapa contoh produk yang dapat dihasilkan dari pelepah pinang:
- Peralatan Makan: Banyak yang mengolah pelepah pinang menjadi piring, mangkuk, sendok, dan garpu sekali pakai. Produk ini memiliki tampilan alami yang unik dan dapat terurai secara hayati, sehingga sangat cocok untuk menggantikan produk plastik sekali pakai.
- Kerajinan Tangan: Pelepah pinang dapat diolah menjadi beragam kerajinan tangan seperti kotak penyimpanan, tas, tempat pensil, dan dekorasi dinding. Produk ini memanfaatkan tekstur alami pelepah pinang yang eksotis, menciptakan kesan rustic dan eco-friendly.
- Pot Tanaman dan Vas Bunga: Pelepah pinang juga bisa dijadikan sebagai pot tanaman atau vas bunga yang alami dan estetik. Pot ini cocok untuk konsep dekorasi rumah minimalis atau gaya tropis, dan memberikan kesan yang menyatu dengan alam.
- Peralatan Rumah Tangga: Beberapa peralatan rumah tangga seperti nampan, tatakan gelas, dan coaster juga dibuat dari pelepah pinang. Produk-produk ini biasanya memiliki daya tahan yang baik untuk penggunaan harian dan bisa menjadi pilihan dekorasi fungsional yang unik.
- Casing dan Tempat Alat Elektronik: Dengan kreativitas dan teknologi tepat guna, pelepah pinang juga dapat dijadikan casing atau tempat penyimpanan alat elektronik seperti speaker atau tempat penyimpanan charger. Produk ini menambahkan nilai estetis dan ramah lingkungan untuk peralatan elektronik.
Produk-produk dari pelepah pinang ini tidak hanya multifungsi, tetapi juga ramah lingkungan dan mendukung pelestarian budaya lokal.
Sumber : Plepah_id |
Harapan dari Alam untuk Semua: Produk Ramah Lingkungan dari Plepah Pinang oleh Rengkuh Banyu Mahandaru
Dengan visi menciptakan produk ramah lingkungan yang terjangkau dan mudah diakses oleh semua orang, Rengkuh Banyu Mahandaru menghadirkan inovasi luar biasa berbahan dasar pelepah pinang. Produk ini bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga mewakili dedikasi untuk memanfaatkan kekayaan alam secara bijak. Bahan alami dari pelepah pinang diolah dengan teknologi yang tepat untuk menciptakan berbagai produk sehari-hari yang fungsional, tahan lama, dan berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Harapannya, produk ini dapat menjadi pilihan utama bagi banyak orang yang ingin hidup lebih berkelanjutan tanpa harus menguras kantong.
Sumber: SATU Indonesia |
SATU Indonesia Awards: Inspirator Muda Pelestari Lingkungan
Rengkuh Banyu Mahandaru meraih SATU Indonesia Awards dari DKI Jakarta karena dedikasinya yang luar biasa dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup melalui program-program inovatif yang melibatkan masyarakat lokal. SATU Indonesia Awards merupakan penghargaan yang diberikan oleh PT Astra International Tbk kepada anak-anak muda Indonesia yang inspiratif dan berkontribusi bagi masyarakat dalam berbagai bidang, termasuk pelestarian lingkungan. Dengan pendekatan yang holistik, Rengkuh berhasil memotivasi dan memberdayakan masyarakat untuk menjaga dan melestarikan ekosistem di sekitar mereka, baik melalui pendidikan lingkungan, konservasi sumber daya alam, maupun pemanfaatan teknologi ramah lingkungan. Usahanya yang konsisten dalam menciptakan dampak positif ini tidak hanya melindungi alam, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat, sehingga ia layak menerima penghargaan ini sebagai inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk turut berkontribusi dalam membangun Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Sumber : Plepah_id |
Program Lingkungan Astra: Dari Konservasi hingga Energi Terbarukan
PT Astra International mendukung inisiatif Rengkuh Banyu sebagai bagian dari komitmennya terhadap pelestarian lingkungan, termasuk melalui kolaborasi dengan inisiator penggunaan pelepah pinang sebagai wadah makanan sekali pakai. Dukungan ini sejalan dengan upaya Astra untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mempromosikan solusi ramah lingkungan yang berkelanjutan. Dengan mengadopsi dan mendukung inovasi seperti produk dari pelepah pinang, Astra turut berperan dalam mengurangi limbah plastik dan memperkuat ekonomi sirkular di Indonesia, serta mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya menggunakan produk yang lebih ramah lingkungan.
PT Astra International Tbk memiliki sejumlah program lingkungan yang berfokus pada keberlanjutan dan pelestarian lingkungan. Beberapa program utama yang dilakukan Astra untuk lingkungan meliputi:
- Astra Green Energy (AGE): Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi energi dan mempromosikan penggunaan sumber energi terbarukan. Astra mengimplementasikan teknologi hemat energi di berbagai fasilitasnya dan mendukung inisiatif energi bersih.
- Astra Green Lifestyle (AGL): Program ini mendorong karyawan dan masyarakat untuk mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, daur ulang, dan upaya hemat energi dalam kehidupan sehari-hari.
- Program Penanaman Pohon: Astra secara rutin mengadakan program penghijauan dan reboisasi di berbagai lokasi di Indonesia untuk membantu meningkatkan tutupan hijau dan menjaga kelestarian lingkungan.
- Konservasi Keanekaragaman Hayati: Astra mendukung proyek konservasi untuk melindungi spesies flora dan fauna yang terancam punah. Kegiatan ini sering dilakukan bekerja sama dengan organisasi lingkungan dan komunitas lokal.
- Pengelolaan Limbah dan Pengurangan Emisi: Astra memiliki inisiatif untuk mengelola limbah dengan bijak, termasuk program daur ulang dan pengolahan limbah berbahaya. Selain itu, perusahaan berupaya mengurangi emisi karbon melalui berbagai inovasi teknologi dan praktik operasional yang ramah lingkungan.
- Kampanye Edukasi Lingkungan: Astra menyelenggarakan kampanye dan kegiatan edukasi untuk meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan karyawan, masyarakat, dan generasi muda. Hal ini bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
- Program Astra Green Company (AGC): Program ini merupakan bentuk penerapan sistem manajemen lingkungan di seluruh anak perusahaan Astra, memastikan setiap operasional mematuhi standar lingkungan yang ketat dan berkontribusi positif pada kelestarian alam.
Program-program ini menunjukkan komitmen Astra dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Kita semua memiliki tanggung jawab besar untuk mencintai dan melindungi lingkungan serta bumi tempat kita tinggal. Salah satu langkah nyata yang dapat kita lakukan adalah dengan mengurangi penggunaan produk sekali pakai, seperti plastik, yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk terurai dan berpotensi merusak ekosistem. Beralih ke alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti bahan yang dapat didaur ulang atau biodegradable, membantu mengurangi jumlah sampah yang mencemari tanah dan lautan kita. Dengan mengubah kebiasaan kecil ini, kita tidak hanya menjaga kelestarian bumi untuk generasi sekarang, tetapi juga mewariskan planet yang lebih sehat dan berkelanjutan untuk generasi mendatang. Mulailah dari diri kita sendiri untuk dapat menginspirasi orang lain berbuat hal yang sama, demi masa depan yang lebih hijau.
Sumber Artikel:
https://www.antaranews.com/berita/3385476/mengulik-di-balik-naiknya-tren-pesan-makanan-online
https://www.cantika.com/read/1857539/cerita-rengkuh-banyu-mahandaru-mendesain-plepah-pembungkus-makanan-yang-ramah-lingkungan
Prabowo, I. S.W., Ardiatma, D. (2022). Pengolahan Sampah Styrofoam di Desa Wisata Sukunan Yogyakarta. Prosidin Saintek, 1(1): 511-515.
https://www.royensoc.co.uk/understanding-insects/facts-and-figures/
https://kids.mongabay.com/earth-is-home-to-quadrillions-of-ants/
https://environmentaldefence.ca/2019/10/02/eight-ways-ontario-government-reduce-plastic-waste/
https://swa.co.id/read/406666/cerita-rengkuh-bangun-startup-plepah-berawal-dari-keresahan
https://www.youtube.com/watch?v=m0G5zLcnOMs
https://dislhk.badungkab.go.id/berita/12541-sejak-januari-2018-bpbd-jambi-telah-lakukan-946-water-booming-padamkan-karhutla
https://gapki.id/news/2017/01/30/memahami-dan-mencari-penyebab-kebakaran-hutan-dan-lahan/
0 komentar