Hujan Dalam Komposisi
Hujan dalam Komposisi, I
“Apakah yang kautangkap dalam suara hujan, Dari daun-daun bougenvil basah yang teratur
Mengetuk jendela?
Apakah yang kau tangkap dari bau tanah, dari ricik air yang turun di selokan?”
Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah dan hujan, membayangkan rahasia daun basah serta ketakutan yang berulang
“Tidak ada. Kecuali bayang-bayangmu sendiri yang di balik pintu memimpikan ketukan itu, memimpikan sapa pinggir hujan, memimpikan bisik yang membersit dari titik air. Menggelincir dari daun dekat jendela itu atau memimpikan semacam suku kata yang akan mengantarmu tidur.”
Barangkali sudah terlalu sering ia mendengarnya, dan tak lagi mengenalnya.
Hujan dalam Komposisi, 2
Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula ia di udara tinggi, ringan, dan bebas; lalu mengkristal dalam dingin; kemudian melayang jatuh ketika tercium bau bumi; dan menimpa pohon jambu itu, tergelincir dari daun-daun, melenting di atas genting, tumpah di pekarangan
rumah dan kembali ke bumi
Apakah yang kita harapkan? Hujan juga jatuh di jalan yang panjang, menyusurnya dan tergelincir masuk selokan kecil, mericik suaranya menyusur selokan, terus mericik sejak sore, mericik juga di malam gelap ini, bercakap tentang lautan
Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan. Selamat tidur
Hujan dalam Komposisi, 3
dan tik tok jam itu kita indera kembali akhirnya : terpisah dari hujan
(Sapardi Djoko Damono)
0 komentar