My Story

Virtual Diary

Creative Blog

Wujudkan Pembangunan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas Akibat Kusta

by - Juni 16, 2021


Dukung pembangunan inklusif

Dari banyak kisah inspiratif penyandang kusta, saya menyimpulkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui lebih banyak perihal penyakit ini, bahkan baru mencari informasi setelah dinyatakan mengidap kusta. Penyakit ini dapat menular dan jika terlambat dideteksi akibat terburuk adalah menyebabkan disabilitas. 


Peduli Kusta

Penyakit kusta oleh sebagian masyarakat merupakan penyakit kulit yang dianggap buruk, sehingga penderita merespon dengan menyembunyikan penyakitnya agar tidak terjadi gejolak di masyarakat yang menyebab diskriminasi. Namun real life-nya, banyak penderita kusta masih kerap dikucilkan di lingkungan tempat tinggal. Stigma negatif masyarakat mengenai hal ini harus dibenahi untuk membantu wujudkan pembangunan inklusif bagi penyandang disabilitas akibat kusta. 


Kusta bukan kutukan, kusta bukan penyakit keturunan, penderita kusta dapat SEMBUH. 


Ada banyak penyandang kusta yang pernah saya baca sebelum mengikuti live streaming di YouTube KBR yang sangat menginspirasi seperti kisah Bu Ernawati yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Ia merupakan salah satu pejuang yang menyebarluaskan pesan anti diskriminasi terhadap pasien kusta, bukan hanya sekedar bunyi, pesan ini adalah ungkapan empati sekaligus isi hati. Penderita kusta lainnya ada bapak Alimudin yang berasal dari Makassar. Ia sempat merasa down, dikucilkan, seolah tak ada dan disembunyikan di kampungnya sendiri, sehingga memilih hijrah ke Kompleks Jongaya salah satu kampung tempat tinggal yang dihuni oleh para penderita Kusta. Rasa tentram dan bahagia dengan tinggal bersama penderita kusta lainnya, memantik semangat sembuh muncul kembali. Hingga atas izin Allah, ia berhasil sembuh dan diterima kembali di masyarakat. 


Stop Diskriminasi

Stop Diskriminasi Penyandang Disabilitas & OYPMK

Kini melalui live youtube KBR saya mendengarkan langsung penuturan Muhammad Arfah pemuda Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) menjadi salah satu peserta magang dalam Program KATALIS NLR Indonesia di Sulsel. Dia diterima magang di kantor Satpol PP Kota Makassar sebagai staf administrasi. Stigma yang didapat saat masih menjadi penyandang kusta serta cibiran masyarakat yang melemparkan hinaan sebagai monster sempat membuat ia down, namun rasa percaya diri untuk keluar dari hal tersebut serta support sistem dari orang terdekat dan keinginan sembuh yang menjadikan ia mampu keluar dari permasalahan ini. 


Kisah perjuangan para penyandang Kusta seharusnya menjadi satu pesan bagi kita semua, untuk semakin memahami, bahwa support sistem dari keluarga, orang terdekat dan masyarakat sekitar, sangat dibutuhkan. Penderita kusta perlu dirangkul agar dapat berdaya, karena seyogyanya setiap manusia perlu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal yang tidak kalah penting lainnya, ialah keinginan besar dalam diri penderita sendiri untuk memperjuangkan kesembuhan. Perlu keberanian dan memupuk rasa percaya diri untuk tidak menarik diri dari lingkungan. Memang berat -- namun harus. Terlebih Manusia adalah makhluk sosial, sesuai dengan fitrahnya. Manusia memiliki dua tabiat atau naluri yang dimiliki sejak lahir. Pertama yakni keinginan untuk menyatu dengan manusia di sekelilingnya. Kedua keinginan untuk menyatu dengan suasana alam disekelilingnya.


Walau kini gaung penyakit kusta hampir tak terdengar, permasalahan mengenai penyakit kusta di Indonesia masih belum tuntas, tugas kita adalah sebagai jembatan agar edukasi dan menanamkan rasa empati mengenai kusta tersampaikan sebagai masukan positif. Di tahun 2010 Indonesia bahkan berada pada urutan nomor 3 di dunia sebagai penyandang penyakit kusta setelah Brazil dan India. Namun melalui penuturan Pak Angga, "Kini temuan kasus Kusta sudah mulai menurun. Menurut penyebaran kusta di Indonesia saat ini, masih ada 9 provinsi yang menyatakan mereka sudah mencapai eliminasi kusta, seperti halnya Papua, Sumbar dan NTT, masih tinggi kasus kustanya.


Menelisik lebih jauh mengenai Kusta atau lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan Lepra yaitu sebuah penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit, saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Biasanya ditandai dengan kulit mengalami bercak putih, merah, ada beberapa bagian tubuh yang tak berkeringat, rasa kesemutan pada bagian anggota badan atau bagian raut muka serta mati rasa karena kerusakan syaraf tepi. 


Penularan penyakit kusta memang masih terus dikaji, hanya saja pada umumnya diperkirakan bahwa penularan penyakit kusta bisa melalui saluran sekresi hidung dan kontak kulit dengan kulit. 


Memutus mata rantai kusta diperlukan pengobatan secara intensif sebagai bentuk pencegahan dan faktor penting agar penderita Kusta dapat disembuhkan, beberapa data yang saya peroleh, memang belum ada vaksinasi untuk mencegah kusta sampai saat ini, sehingga pengobatan rutin, edukasi pencegahan penularan, support sistem dari keluarga dan masyarakat serta semangat sembuh bagi penderita menjadi faktor pendukung untuk memberantas kusta. 


Upaya Pemberantasan Kusta

Sebenarnya sudah banyak upaya pemerintah untuk memberantas penyakit kusta sejak dahulu, bahkan saya seringkali mengikuti beberapa seminar mengenai hal ini, beberapa upaya pemberantasan kusta antara lain


  • Deteksi dini penderita kusta
  • Pengobatan bagi penderita
  • Penyuluhan kesehatan tentang penyakit kusta baik daring dan offline
  • Metode Rehabilitasi bagi penderita kusta (baik itu rehabilitasi medis, sosial, karya dan masyarakat)
  • Pelatihan keterampilan tenaga medis di bidang kusta


Upaya dan peduli penderita kusta akan membantu mereka untuk kembali percaya diri, terampil, berdaya, produktif dan mandiri serta semangat hidup menjadi lebih tinggi.


Berikan kesempatan kerja disabilitas dan OYPMK

Banyak point-point penting yang saya garis bawahi ketika menyimak live streaming youtube berita KBR bekerjasama dengan NLR Indonesia saat mengangkat tema perbincangan "Memberikan Kesempatan Kerja Bagi Disabilitas dan Orang Penyandang Kusta" dengan narasumber antara lain:

  • Angga Yanuar - Manager Proyek Inklusi Disabilitas NLR Indonesia
  • Zukirah Ilmiana - Owner PT Anugerah Frozen Food
  • Muhamad Arfah - Pemuda OYPMK


Selain berdiskusi dan menyerap pengetahuan tentang kusta dan disabilitas, empati dan rasa peduli kita dipupuk semakin besar karena mendengarkan langsung kisah penyandang kusta dengan pahit getirnya. So, stop diskriminasi OYPMK (Orang Yang Pernah Menyandang Kusta)


Hikmah yang dipetik dari owner Anugerah Frozen Food, salah satu perusahaan yang dipercaya untuk memberikan kesempatan kerja bagi disabilitas dan para penderita eks kusta yang magang di sana, bahwa para disabilitas dan OYPMK memiliki hak-hak yang sama bagi masyarakat lainnya. Serta ada beberapa ketentuan bagi perusahaan yang mempekerjakan mereka untuk memperhatikan beberapa hal yaitu: 

  • Penyediaan bidang miring untuk memindahkan 2 tempat dengan ketinggian berbeda cukup membantu bagi para disabilitas untuk mempermudah mobilitas di tempat kerja
  • Bagi para OYPMK yang notabene mengalami kerusakan syaraf tepi dan mengalami kerusakan jaringan saraf lainnya, diperlukan pula sarana keamanan seperti sepatu dan sarung tangan safety karena sebagian yang mereka sentuh tidak bisa dirasakan oleh sebagian eks kusta


Perlu kalian tahu NLR (Netherlands Leprosy Relief) sendiri merupakan organisasi yang bekerja untuk pencegahan penularan dan pengurangan risiko penyakit kusta, serta pemberdayaan orang yang pernah mengalami kusta dan penyandang disabilitas serta memperjuangkan pembangunan yang inklusif bagi penyandang disabilitas akibat kusta.


Wujudkan Pembangunan Inklusif Bagi Penyandang Disabilitas

Kita bisa mencontoh negara-negara yang berhasil mewujudkan pembangunan inklusif bagi disabilitas seperti negara Skandinavia yang merupakan negara terdepan dalam mengembangkan konsep pembangunan inklusif yang terbukti dari rendahnya kesenjangan kesejahteraan antara penyandang disabilitas dan nondisabilitas selain itu melakukan deinstitusionalisasi penyandang disabilitas serta memfokuskan pada pemberian dukungan keluarga dan pembenahan di tingkat komunitas dalam rangka normalisasi dan inklusi penyandang disabilitas, hal penting lainnya dengan membuat kebijakan pemerintah mengenai peraturan sosial anti diskriminasi. Negara lainnya yang berhasul mewujudkan pembangunan inklusi disabilitas adalah Australia dan Selandia Baru yang menerapkan pembangunan ramah disabilitas. 


Ditelisik dari berbagai kenyataan hidup saat ini, mereka masih tetap terjebak dalam lingkaran diskriminasi, salah satu dampaknya para OYPMK seringkali sulit mendapat pekerjaan dan hidup dalam kekurangan. Padahal setelah sembuh, OYPMK tidak akan menularkan penyakit kusta. Selain itu setelah sembuh mereka juga membutuhkan mata pencaharian untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Banyak OYPMK yang sebenarnya berdaya, produktif dan kreatif, justru dibalik kekurangan biasanya memiliki jiwa dan tanggung jawab yang besar untuk survive dan mengemban tugas yang sama seperti masyarakat lainnya.


Jika kita tidak mampu berbuat lebih, setidaknya jadilah roda penggerak untuk mendukung dan menjembatani dalam menciptakan lingkungan kerja yang inklusif bagi penyandang disabilitas. 


You May Also Like

15 komentar

  1. Memang masih belum banyak yang paham soal kusta ini, ya. Perlu banget mereka tetap mendapatkan fasilitas terbaik seperti yang lain.

    BalasHapus
  2. Stigma negatif kerap disematkan pd para penderita kusta ya mba
    semoga edukasi semacam ini terus banyak diterima publik.
    sehingga ga perlu ada stigma negatif lagi

    BalasHapus
  3. Aku salfok sama NLR mbak, keren ya mereka mau bekerja membantu serta memperjuangkan penyandang disabilitas akibat kusta.

    BalasHapus
  4. Sepakat.
    Sebab usaha menuju kesembuhan bagi OYPMK itu sebuah perjuangan dan butuh dukungan banget. Jangan sampai setelah sembuh justru menyerah karena stigma masyarakat dan susahnya mendapatkan peluang mencari nafkah. Edukasi seperti ini harus terus disosialisasikan.

    BalasHapus
  5. wah, sepakat banget aku mba buat kasih kesempatan kerja untuk penyandang disabilitas dan kusta. biar bagaimanapun mereka butuh pekerjaan untuk kehidupan yang baik ya mba..

    BalasHapus
  6. setuju banget mbaa.. keluarga itu kudu solid dalam mendukung. nggak boleh sama sekali merendahkan secara fisik maupun mental..

    BalasHapus
  7. mungkin karena penyakit ini menular, membuat orang takut untuk dekati penderitanya. diskriminasi seperti ini akan terus berlanjut kalau tidak giat mengedukasi masyarakat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kak, padahal OYPMK (Orang Yang Pernah Menyandang Kusta) berarti sudah sembuh dan tidak menularkan lagi penyakitnya, namun diskriminatif terkadang masih saja ada. Hal ini yang perlu adanya edukasi kepada masyarakat untuk menghapus pandangan tersebut.

      Hapus
  8. Masya Allah, baca postingan ini saya jadi tau dan sedikit paham tentang penyakit kusta. Setuju, Mbak. Tidak perlu takut dengan penyakit ini. Harus saling menjaga dan mendukung. Tidak malah mengucilkan. Turut membantu dan support agar bisa sembuh. Edukasi kepada masyarakat juga harus terus dilakukan.

    BalasHapus
  9. Sedih banget kalau ada Diskriminasi Penyandang Disabilitas & OYPMK.
    Ini berat banget kalau sampai dikucilkan dengan masyarakat yang minim informasi.
    Semoga edukasi yang baik dan benar bisa merata sampai seluruh pelosok Nusantara.

    BalasHapus
  10. Memberi kesempatan bekerja dan berkarya bagi penyandang disabilitas itu penting supaya mereka juga bisa mandiri. Lagian banyak lho di antara mereka yang hebat dan punya karya yang bagus. Sementara untuk Kusta, setahu aku Indonesia bukannya sudah bisa mengatasi penyakit kusta ini sejak lama, jadi harusnya kitanya tak perlu terlalu khawatir juga

    BalasHapus
  11. Iya mba, aku dari dulu tahunya kusta itu ga bisa disembuhkan dan bikin menular makanya kalau ada yang sakit ini pastinya langsung dikucilkan penting nih edukasi seperti ini ternyata OYPMK itu tidak akan menularkan lagi yah

    BalasHapus
  12. Ternyata di Indonesia masih ada yang kena kusta ya. Terbayang gimana menderitanya kalo dapat diskriminasi dalam mencari pekerjaan. Semoga aja bisa hilang stigma buruk itu.

    BalasHapus
  13. Dulu penyandang kusta sering dianggap aib dan dikucilkan tapi sekarang harusnya diberdayakan sambil diupayakan untuk mereka agar dapat akses pengobatan yg layak

    BalasHapus
  14. Penyakit kusta ini baru kembali saya dengar setelah sekian lama. Dan setuju banget, untuk OYPMK sudah tidak menularkan tetapi stigma masayarakat begitu kuat sehingga mereka masih mengalami diskriminasi :(

    BalasHapus