My Story

Virtual Diary

Creative Blog

Petani Milenial Ciptakan Transformasi Ekonomi: Dari 500 Bibit Aloe Vera Menjadi Bisnis Agrikultur

by - Oktober 13, 2024

 



Salah satu yang paling mengagumkan bagi saya adalah tanaman yang sedang berjajar rapih itu, dengan daun yang menyimpan cadangan udara yang menebal inilah, rupanya mampu mengubah hidup banyak orang. Banyak hal hebat bermula dari ide yang dijalankan. Satu pemikiran, mampu terbang seperti burung beribu-ribu mil jauhnya dari negeri yang tak mengenal musim. Mimpi yang semakin tinggi diharap menapak sesuai harapan. 


Di tanah gersang yang tak tahu akan tumbuh seperti apa, dan tumbuhan apa yang mampu berjuang hidup di lahan tadah hujan yang ketika musim kemarau tak ada hasil pertanian. Tak sekadar ide yang terpikirkan, namun panas terik rasanya mampu menampar wajah, dan menyisihkan keinginan.


Lokasi budidaya Aloe Vera di dusun Jeruklegi, Katongan, Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Dok.CNN)


Transformasi Ekonomi Melalui Budidaya Aloe Vera: Perjalanan Alan Efendhi

Namun menyerah tidak ada dalam kamus Alan Efendhi, seorang petani muda dari Gunung Kidul, Yogyakarta yang gigih. Pemuda bertubuh sedikit gempal ini, berusaha membuktikan kepada warga dusun Jeruklegi, Katongan, Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Diantara ilmu dasar pertanian yang pas-pasan. Salah satu pemikiran budidaya yang mampu masuk ke beberapa pabrik komoditas membuat Alan mulai berpikir dan mengerucutkan pilihan. Beberapa alternatif alternatif yang tersedia adalah tanaman anggur, pepaya california, buah naga, dan terakhir lidah buaya atau lidah buaya. 

Ketika memutuskan tanaman yang akan dikembangkannya, pria ini memilih aloe vera. “Selain tahan banting, aloe vera dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah, bahkan di kondisi ekstrim sekalipun. Ini adalah tanaman gurun yang bisa bertahan hidup di tanah berpasir, minim udara, dan pH rendah. Bahkan tidak memerlukan banyak perawatan. Tidak membutuhkan pestisida karena tidak rentan terhadap hama dan penyakit jamur. Selama musim kemarau, tanaman ini cukup disiram setiap 3-4 hari sekali, sementara pemupukan hanya perlu dilakukan setiap enam bulan dengan menggunakan pupuk kandang, menjadikannya pilihan yang praktis untuk dibudidayakan. Itulah alasan saya memilih aloe vera saat mulai menekuni usaha ini,” jelas pria lulusan SMK 45 Wonosari, Gunung Kidul jurusan otomotif itu dengan gamblang. 

"Tanaman ini termasuk salah satu dari sepuluh komoditas terlaris di dunia. Keunggulannya terletak pada kemampuannya untuk masuk ke berbagai industri, mulai dari farmasi, kosmetik, hingga kuliner. Potensinya sangat luas dan inilah yang membuatnya begitu berharga bagi masyarakat. Membudidayakan tanaman Aloe Vera itu yang bernilai ekonomis," ujar Alan. 


Chinensis Bakker vs Barbadensis Miller: Ragam Aloe Vera yang Dibudidayakan 

“Saat ini saya mengembangkan dua varietas Aloe Vera yang ditanam di kebun, yaitu Barbadensis Miller dan Chinensis Bakker. Ukuran varietas Chinensis Bakker lebih besar dari lainnya. Dan biasanya saat tahun pertama muncul bunga berwarna orange sedangkan Barbadensis berwarna kuning. Dari segi ukuran, daunnya, warnanya juga terlihat berbeda dari kedua varietas ini,” tambahnya. 

Varietas Aloe Barbadensis Miller dan Aloe Chinensis Bakker memiliki keunggulan yang berbeda. Berikut penjelasannya:


1. Aloe Barbadensis Miller:

Kandungan Gel yang Tinggi: Varietas ini sangat terkenal karena gelnya yang kaya akan nutrisi, vitamin, dan mineral. Gel ini banyak digunakan dalam produk kecantikan, kesehatan, dan perawatan kulit.

Sifat Penyembuhan yang Baik: Gel dari Barbadensis Miller memiliki sifat anti-inflamasi, antibakteri, dan antioksidan yang sangat baik, menjadikannya ideal untuk penyembuhan luka dan iritasi kulit.

Pemanfaatan Komersial: Barbadensis Miller merupakan varietas yang paling umum digunakan secara komersial, karena kualitas gelnya yang dianggap terbaik.



2. Aloe Chinensis Bakker:

Adaptasi yang Lebih Cepat: Jika sintesis bekker adalah hasil pemuliaan atau rekayasa genetik, varietas ini mungkin memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap kondisi lingkungan tertentu seperti kekeringan, hama, atau penyakit.

Kandungan atau Manfaat Tambahan: Varietas Chinensis sering kali dikembangkan untuk memiliki sifat unggul seperti kandungan senyawa tertentu yang lebih tinggi (misalnya, lebih banyak antioksidan atau komponen lain yang bermanfaat).

Potensi Inovasi: Varietas ini mungkin lebih jarang ditemukan, sehingga berpotensi menjadi daya tarik dalam pasar Aloe Vera yang terus berkembang dengan inovasi baru.


Aloe Vera dapat dipanen sekitar berumur 12-15 bulan (Dok.CNN)


Tanah yang digunakan untuk menanam Aloe Vera disarankan tanah berpasir yang dicampur pupuk kompos atau pupuk organik. Tanah berpasir memiliki drainase yang baik dan membantu genangan air yang berlebih yang dapat mengakibatkan akar Aloe Vera membusuk. 


“Aloe Vera yang bisa dapat dipanen bisa dilihat dari umurnya sekitar 12-15 bulan. Lalu dari segi fisik biasanya bintik-bintik putih pada tanaman Aloe Vera mulai hilang. Lalu ciri lainnya adalah muncul bunga pertama kali.” Jelas Alan


Menurut Rismiyadi selaku Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, “Gunung Kidul dikaruniai iklim tropis, dengan penyinaran matahari yang cukup. Selain itu, tanahnya bisa dimodifikasi sehingga cocok untuk Aloe Vera yang tahan dengan lahan kering.”


Tanah berpasir cocok untuk menanam Aloe Vera agar memiliki drainase yang bagus dan akar tidak mudah membusuk (Dok.CNN)


Menggapai Standar Baru, Dari 500 Bibit Ke Bisnis


Mengulik dari beberapa informasi di internet pada tahun 2013. Tentu saja tak semudah yang dikira. Awalnya, tak ada yang percaya bahwa tanaman sederhana itu bisa mengubah nasib, apalagi menjadi sumber penghasilan tambahan yang signifikan. Dengan kegigihan dan kepercayaan diri yang kuat, Alan berusaha meyakinkan warganya bahwa di balik keraguan tersembunyi peluang besar yang bisa mengubah kehidupan menuju masa depan yang lebih baik. Kini hampir semua warga desa menanam lidah buaya di halaman dan pekarangan mereka sebagai alternatif penghidupan bagi warga desa yang kebanyakan bekerja sebagai petani Palawija. Jika musim kering, mereka bisa memanen lidah buaya sebagai penghasilan tambahan. 


Alan memulai usahanya pada tahun 2014 dengan membeli 500 bibit aloe vera jenis Chinensis. Bibit-bibit tersebut ditanam di sekitar rumah dan pekarangannya. "Saya memilih Aloe Vera Chinensis karena ukurannya yang besar dan manfaatnya yang luas," ungkapnya. Jenis ini cocok untuk berbagai industri, mulai dari kosmetik, farmasi, hingga kuliner, sehingga memberikan peluang besar untuk berkembang.


Alan menghadapi tantangan besar ketika minuman aloe vera yang diproduksinya hanya bertahan selama tiga hari, menyebabkan banyak produk yang dikembalikan. Namun, ia tidak menyerah dan menghabiskan 3-4 tahun untuk menyempurnakan proses produksinya secara mandiri. Belajar dari berbagai kegagalan tanpa mentor, Alan akhirnya berhasil meningkatkan kualitas produknya melalui riset internet. Pada tahun 2017, ia mulai menerapkan SOP yang lebih baik, menyesuaikan kemasan, dan mengurus izin PIRT serta sertifikat halal dengan dukungan dari Pemda Gunungkidul. Ruang produksinya pun diperbaiki, dari awalnya di lantai hingga standar higienis yang lebih tinggi. Pemda baru menyadari potensi besar usaha aloe vera Alan setelah ia berjuang selama beberapa tahun, meskipun pemasarannya masih terbatas di wilayah lokal.


Pada tahun 2018, Alan Efendi terus menyempurnakan kemasan produknya, yang diberi nama Rasane Vera, dengan dukungan Pemda Gunungkidul dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Jika sebelumnya minuman aloe vera hanya bertahan tiga hari, kini berkat inovasi tersebut, daya tahan produk meningkat hingga enam bulan. Hal ini membuka peluang bagi Alan untuk memperluas pemasaran produknya ke berbagai daerah. Tak hanya itu, pemberdayaan masyarakat juga semakin berkembang, dengan mitra petani yang terus bertambah di wilayah Sleman hingga Bayat, Klaten, memperkuat dampak sosial dari usahanya.


Penelitian Aloe Vera oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) (Dok.CNN)


Senyawa Ismanan dan Fluktan: Potensi Aloe Vera bagi Keseimbangan Mikrobiota Usus


Aloe Vera, tanaman yang telah lama dikenal karena manfaatnya bagi kesehatan kulit, ternyata juga menyimpan potensi besar untuk kesehatan pencernaan. Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Aloe Vera mengandung senyawa probiotik seperti ismanan dan fluktan. Kedua senyawa ini memiliki peran penting dalam memacu pertumbuhan bakteri baik di saluran cerna manusia.


Keberadaan probiotik dalam tubuh sangat vital untuk menjaga keseimbangan mikrobiota usus, yang berkontribusi pada pencernaan yang optimal dan penyerapan nutrisi. Senyawa ismanan dan fluktan yang ditemukan dalam Aloe Vera bertindak sebagai prebiotik, yakni sumber makanan bagi bakteri baik seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium. Dengan konsumsi rutin, Aloe Vera dapat membantu meningkatkan populasi bakteri baik, yang pada gilirannya memperkuat sistem imun, memperbaiki metabolisme, serta mencegah gangguan pencernaan seperti konstipasi dan diare.



Efek Terapeutik Aloe-emodin dan Aloin: Potensi Aloe Vera untuk Kesehatan Tubuh


Manfaat ini menjadikan Aloe Vera bukan hanya tanaman serbaguna dalam dunia kecantikan dan penyembuhan luka, tetapi juga solusi alami untuk mendukung kesehatan usus dan keseimbangan tubuh secara keseluruhan. Inovasi berbasis riset seperti ini membuka jalan baru untuk mengoptimalkan penggunaan Aloe Vera dalam mendukung kesehatan pencernaan secara holistik.


Dua senyawa penting dalam Aloe Vera yang memiliki berbagai manfaat kesehatan adalah Aloe-emodin dan Aloin. Menurut penelitian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), senyawa ini berperan dalam memberikan khasiat bagi tubuh.


1. Aloe-emodin: Senyawa ini adalah salah satu komponen bioaktif dalam Aloe Vera yang memiliki sifat anti inflamasi, antimikroba, dan bahkan anti-kanker. Aloe-emodin bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan sel-sel kanker dan juga mendukung penyembuhan luka. Senyawa ini umumnya terkandung dalam lapisan kulit daun Aloe Vera.


2. Aloin (Barbaloin): Sering juga disebut sebagai hidroksi aloin, senyawa ini adalah zat alami yang terkandung dalam getah Aloe Vera. Aloin dikenal dengan efek pencahar yang kuat dan biasanya digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi sembelit. Namun, penggunaannya harus hati-hati karena dalam dosis tinggi dapat menyebabkan iritasi usus.


Dengan kedua senyawa ini, Aloe Vera memiliki beragam manfaat terapeutik, baik untuk kesehatan kulit maupun untuk sistem pencernaan.


Perkebunan Aloe Vera di halaman milik Warga Gunung Kidul (Dok.CNN)


Alan Efendhi dan Aloe Land: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Edukasi Aloe Vera


Tak hanya fokus pada budidaya aloe vera, Alan Efendhi telah mengembangkan kampung halamannya dengan mendirikan Aloe Land yang ia dirikan di tahun 2018, sebuah pusat edukasi aloe vera. Di sini, masyarakat dari berbagai kalangan—mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga organisasi masyarakat—datang untuk belajar tentang budidaya aloe vera, dari cara menanam hingga mengolahnya menjadi produk bernilai jual.


Mount Vera Sejati, budidaya dan home industri Aloe Vera milik Alan. (Dok.CNN)


Mount Vera Sejati, Wujudkan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Aloe Vera


“Mount Vera Sejati mengandung filosofi sebagai gunung Aloe Vera Sejati. Sejati sendiri adalah nama puncak tertinggi dan tersulit yang pernah ia daki, di salah satu gunung daerah Banyuwangi yaitu gunung Raung. Nama inilah yang tercetus sebagai perusahaan miliknya, bahwa segala hal yang sulit tercapai akan mudah didaki jika punya tekad yang kuat,” ujar Alan, saat menjelaskan dalam podcast Radio Idola Semarang.

 

Setelah 5 tahun berjalan. Awalnya, Alan hanya bermitra dengan 25 anggota dari Kelompok Wanita Tani (KWT). Namun, jumlah tersebut terus berkembang, dengan kelompok inti kini berjumlah 75 orang dan total mitra mencapai sekitar 125-130 orang dari sekitar gunung kidul seperti Klaten, Sleman serta Bantul yang bergabung untuk memasok Aloe Vera ke industri rumahan milik Alan yaitu Mount Vera Sejati, baik dari KWT maupun secara individu. Usaha ini, yang banyak digeluti oleh ibu rumah tangga, telah membawa dampak positif terhadap peningkatan ekonomi keluarga. Aloe vera yang dihasilkan diklasifikasikan berdasarkan bobot dan kualitas pelepahnya menjadi grade A dan grade B, keduanya diserap oleh Alan. "Saat ini, kapasitas produksi mencapai 500 kilogram per hari," ujarnya.


Alan bermitra dengan 25 anggota dari Kelompok Wanita Tani (KWT) lalu berkembang menjadi 75 anggota


Sistem kerja di sini borongan. Setiap berhasil membuat satu resep olahan kami dibayar 30rb. Biasanya setiap hari satu kelompok kerja mampu membuat yang terdiri dari 3 karyawan mampu membuat 5 resep. Jadi bisa mengantongi 50 ribu rupiah sehari atau setara dengan 250 ribu setiap minggunya,” ucap Evi Hasanah salah satu karyawan pertama dan terlama yang telah bekerja dengan Alan. 


Kini usahanya semakin berkembang hingga ke luar negeri, Alan berharap dapat meningkatkan produksi, menambah mitra petani, dan mewujudkan visi pemberdayaan masyarakat di sekitarnya.


“Selain dipasarkan melalui online dan offline dengan beberapa seller pusat oleh-oleh, Alan juga sudah bekerjasama dengan buyer dari Amerika Serikat, serta telah mendapatkan FDA US (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat).” Ujarnya

 


Beberapa produk minuman, permen dan keripik dari Mont Vera Sejati (Dok.CNN)


Petani Milenial Alan Efendhi Ciptakan Minuman Sehat Aloe Vera dengan Pemanis Alami Stevia


Alan Efendhi, seorang petani milenial sekaligus inisiator minuman sehat berbahan dasar Aloe Vera, membawa angin segar bagi dunia agribisnis dengan inovasinya. Melalui perpaduan Aloe Vera segar yang kaya manfaat dan pemanis alami dari daun stevia, Alan menghadirkan produk minuman yang tidak hanya menyehatkan, tetapi juga ramah bagi penderita diabetes dan mereka yang peduli akan gaya hidup sehat. Inisiatif ini menjadi solusi lokal dengan potensi global, memanfaatkan kekayaan alam Gunungkidul yang terkenal dengan tanah subur dan cuaca ideal untuk budidaya tanaman Aloe Vera. Dengan semangat milenial dan jiwa wirausaha yang kuat, Alan berupaya mengubah citra pertanian tradisional menjadi lebih modern dan berkelanjutan, sembari meningkatkan ekonomi loka


Diversifikasi Produk Aloe Vera: Dari Minuman hingga Keripik dan Minyak Gosok


Alan Efendhi terus mengembangkan inovasi produk dari aloe vera, tidak hanya terbatas pada minuman lidah buaya dengan berbagai varian rasa seperti melon dan lemon. Kini, produk olahannya mencakup keripik, permen, dan bahkan minyak gosok yang berbahan dasar aloe vera. Penjualannya pun meluas ke berbagai toko oleh-oleh di Yogyakarta dan luar kota, menjangkau lebih banyak konsumen. Selain itu, kulit aloe vera yang dihasilkan dari proses produksi dimanfaatkan dengan baik; sebagian diolah menjadi keripik, sementara sisanya digunakan sebagai kompos untuk pupuk tanaman aloe vera itu sendiri, memastikan tidak ada bahan yang terbuang sia-sia. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk, tetapi juga mendukung praktik keberlanjutan dalam budidaya aloe vera.


Alam Efendhi dalam Acara Astra Talkshow (Dok.CNN)


Penghargaan untuk Alan Efendhi: Pengakuan atas Inovasi dan Kewirausahaan


Usaha Alan Efendhi dalam budidaya dan pengolahan aloe vera tidak hanya membuahkan hasil secara ekonomi, tetapi juga mendapatkan pengakuan yang luas melalui berbagai penghargaan bergengsi. Di antaranya adalah penerima apresiasi dalam kategori kewirausahaan pada SATU Indonesia Awards 2023, serta Krenovamaskat pada tahun 2019. Ia juga meraih posisi sebagai Wakil Provinsi dalam kategori kewirausahaan pada SATU Indonesia Awards 2021 dan menjadi finalis di Zona Kategori Boga Wirausaha Muda Mandiri 2020. Pada tahun 2022, Alan dinobatkan sebagai Penghargaan Pemuda Berprestasi Kabupaten Gunungkidul. Selain itu, ia terpilih sebagai Young Ambassador Program Yess dari Kementerian Pertanian pada tahun 2023, dan mendapatkan gelar Juara Harapan 1 Talenta Wirausaha BSI di kategori Berdaya pada tahun yang sama. Penghargaan terbaru yang diraihnya adalah UMKM Milenial Inspiratif 2024 dari RB PLN. Semua pencapaian ini mencerminkan dedikasi dan inovasi Alan dalam menggerakkan perekonomian lokal melalui kewirausahaan yang berkelanjutan.


Harapan Alan Efendhi: Mewujudkan Rasane Vera sebagai Ikon Industri Aloe Vera di Gunungkidul


Cita-cita besar Alan Efendhi saat ini untuk menjadikan produknya sebagai ikon dari Gunungkidul, setara dengan Carica di Dieng dan Apel di Malang. "Saya ingin Rasane Vera menjadi pelopor terbangunnya kluster industri aloe vera di DIY," ujarnya. Untuk mencapai visi tersebut, Alan dan timnya saat ini tengah fokus pada pengoptimalan Integrated Farming System (IFS) atau Sistem Pertanian Terpadu.


Model pertanian ini mengintegrasikan tiga sub-sistem utama—peternakan, pertanian, dan perikanan—sehingga limbah dari masing-masing sub-sistem dapat dimanfaatkan oleh sub-sistem lainnya. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga menciptakan ekosistem yang berkelanjutan. Alan juga berencana membuka peluang bagi para investor yang ingin mendukung bisnisnya melalui metode syariah atau bagi hasil, sehingga usaha ini tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan memberikan manfaat lebih luas bagi masyarakat. Dengan langkah-langkah strategis ini, Alan berharap Rasane Vera dapat menjadi pionir dalam industri aloe vera dan memberikan dampak positif yang signifikan bagi daerahnya.


Pengoptimalan Integrated Farming System (IFS) atau Sistem Pertanian Terpadu di Gunungkidul sangat mungkin dilakukan, mengingat daerah ini memiliki potensi sumber daya alam yang dapat diintegrasikan dalam model pertanian ini. Berikut beberapa alasan mengapa IFS dapat berjalan di Gunungkidul:


1. Keanekaragaman Sumber Daya Alam: Gunungkidul memiliki berbagai sumber daya, seperti lahan pertanian, potensi peternakan, dan perikanan. Dengan memanfaatkan ketiga sub-sistem ini, IFS dapat memberikan manfaat maksimal.


2. Peningkatan Efisiensi: Dalam IFS, limbah dari satu sub-sistem dapat digunakan sebagai input untuk sub-sistem lain. Misalnya, limbah pertanian dapat menjadi pakan ternak, dan kotoran hewan dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman. Hal ini akan mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya.


3. Ketahanan Pangan: Dengan mengintegrasikan berbagai jenis usaha pertanian, IFS dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan di daerah tersebut, terutama dalam menghadapi perubahan iklim dan variabilitas cuaca.


4. Pemberdayaan Masyarakat: IFS dapat melibatkan masyarakat lokal dalam berbagai kegiatan, mulai dari peternakan, pertanian, hingga perikanan. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga memperkuat kemandirian ekonomi.


5. Dukungan Pemerintah dan Lembaga: Jika ada dukungan dari pemerintah daerah dan lembaga penelitian, implementasi IFS di Gunungkidul bisa lebih efektif. Pelatihan dan pendampingan bagi petani dan pelaku usaha akan sangat membantu dalam mengadopsi sistem ini.


6. Kesesuaian dengan Karakteristik Daerah: Gunungkidul dikenal dengan kondisi tanah kering dan potensi agroklimat yang berbeda. Dengan pendekatan yang tepat, IFS dapat disesuaikan dengan karakteristik lokal untuk mencapai hasil yang optimal.


Edukasi Aloe Vera kelompok Anak Sekolah 


Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas dan melakukan perencanaan serta pengelolaan yang baik, pengoptimalan IFS di Gunungkidul tidak hanya mungkin, tetapi juga dapat menjadi langkah strategis untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan masyarakat setempat.


Dengan semangat untuk memberdayakan desanya, Alan tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga fokus memberikan kesempatan khususnya bagi para perempuan di desa tersebut. Atas dedikasinya dalam memajukan desa dan meningkatkan kesejahteraan warga, Alan dianugerahi penghargaan SATU Indonesia Awards dari Astra, sebagai bentuk penghargaan atas kontribusinya yang luar biasa.


“Semoga SATU Indonesia Awards bisa menjadi jembatan bagi para kaum milenial untuk bisa lebih meningkatkan kapasitas produksinya ataupun kapasitas usahanya. Dan dapat menggandeng agar dapat memperluas kebermanfaatan bagi lingkungan baik di kabupaten dan Indonesia pada umumnya,” ujar Alan saat ia menyampaikan tentang harapannya. 


Referensi 


https://www.radioidola.com/2023/alan-efendhi-petani-milenial-dan-inisiator-minuman-sehat-berbahan-baku-lidah-buaya/

https://bisnis.tempo.co/amp/1905252/wirausaha-aloe-vera-alan-efendhi-bukan-sekadar-tanaman-hias-lidah-buaya-biasa

Channel YouTube CNN Indonesia 

Channel YouTube Kementerian Pertanian RI







You May Also Like

0 komentar