My Story

Virtual Diary

Creative Blog

Inovasi Pengolahan Limbah Organik dengan Budidaya Maggot: Solusi Ketahanan Pangan dari Banyumas

by - Oktober 21, 2024

 

TPST pengolahan sampah, Sumber: Greenprosa


Jari-jarinya cekatan, memisahkan sampah dari sisa yang tak lagi dipandang mata. Sarung tangan yang telah kusam menjadi teman para pemulung sepanjang hari, melindungi dari tajamnya pecahan botol dan kotoran yang lengket. Karung di pundaknya makin berat seiring langkahnya menjelajah tumpukan demi tumpukan.


Bau menyengat sudah menjadi makanan sehari-hari. Di setiap tumpukan, ada rezeki tersembunyi, meski seringkali hanya selembar plastik bekas atau sisa logam. Gunungan sampah itu terus membesar, seakan menantang mereka yang menggantungkan hidup di atasnya.


Tak ada pilihan lain, selain terus menggali dan memilah, di bawah terik matahari atau hujan deras. Setiap hari adalah perjuangan antara sampah yang menggunung dan mimpi yang terus menyusut. 


Mak Win, pemulung yang selalu wara-wiri di komplek rumah selalu berujar, “Dari sampah justru saya bisa makan, beli beras dan beli token listrik.”


Bagi sebagian orang sampah menjadi rejeki, namun sampah juga menjadi momok permasalahan. 


Program Arky Gilang Wahab dan Tim, PT Greenprosa: Budidaya Maggot dalam Menjaga Ketahanan Pangan. Sumber: greenprosa


Mengurai Sampah Desa Banjaranyar: Inovasi Arky Gilang Wahab dengan Budidaya Maggot


Di sudut-sudut Desa Banjaranyar, Banyumas, Jawa Tengah, tumpukan sampah organik menjadi permasalahan yang tak kunjung usai. Aroma tak sedap yang ditimbulkan dari sampah tersebut kerap mengganggu kenyamanan dan kesehatan warga setempat. Melihat kondisi ini pada tahun 2018, Arky Gilang Wahab, seorang pemuda inspiratif dari Banyumas, mengambil langkah inovatif dengan memanfaatkan potensi sampah organik yang melimpah untuk budidaya maggot, serangga kecil yang memiliki kemampuan mengurai sampah menjadi sumber daya bermanfaat.


“Alun-alun di tengah kota itu semakin sesak dengan tumpukan sampah yang tak kunjung terangkut. Masalahnya, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Banyumas mengalami longsor dan diprotes oleh warga sekitar, sehingga proses pengangkutan sampah terhenti. Di tengah kekacauan ini, saya pun berpikir untuk mencari solusi, dan akhirnya menemukan budidaya maggot sebagai jawaban. Inspirasi ini saya dapatkan dari internet serta beberapa referensi paper internasional, karena hingga kini, saya belum menemukan banyak pembahasan tentang pengolahan sampah melalui maggot di Indonesia. Prosesnya dimulai dengan menetaskan telur selama lima hari. Ketika larva kecil menetas, mereka segera diberi makan sampah organik sebagai sumber makanan utama. Sepuluh hari kemudian, maggot sudah siap dipanen. Dari hasil panen, saya menyisihkan sekitar 5-10% larva untuk dijadikan indukan. Mereka akan tumbuh menjadi lalat dewasa, dikawinkan, dan menghasilkan telur baru yang akan memulai siklus ini kembali,” cerita Arky dalam sebuah podcast di Radio Idola Semarang.


Berbekal hanya 5 gram maggot dan semangat untuk menciptakan perubahan, Arky memulai usahanya dengan mengumpulkan sampah organik dari sekitar desanya. Maggot, yang merupakan larva lalat Black Soldier Fly (BSF), dikenal memiliki efisiensi tinggi dalam mengurai sampah organik menjadi pupuk kompos yang kaya nutrisi. Dalam waktu singkat, ia berhasil mengubah sampah organik menjadi 7 kilogram pupuk organik hanya dari satu siklus budidaya.


Sebelum memutuskan untuk beralih ke budidaya maggot, Arky awalnya menggunakan metode kompos untuk menguraikan sampah di lingkungannya. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa metode kompos membutuhkan lahan yang cukup luas dan proses penguraiannya memakan waktu lebih lama. Setelah mempertimbangkan efisiensi dan kepraktisannya, Arky pun beralih ke budidaya maggot. Pilihan ini tidak hanya mempercepat proses pengolahan sampah, tetapi juga menawarkan solusi yang lebih hemat ruang dan cepat dalam mengurai limbah organik. 


Arky Gilang Wahab, lulusan S-1 Teknik Geodesi dan Geomatika dari Institut Teknologi Bandung, tidak bekerja sendiri dalam misinya mengatasi sampah organik. Ia melibatkan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk memperluas dampak program pengolahan sampahnya. Budidaya maggot atau larva lalat jenis Black Soldier Fly menjadi salah satu program utama Greenprosa. Kolaborasi ini telah membawa hasil yang luar biasa. Hingga saat ini, Arky dan timnya berhasil mengolah sampah dari 5.800 rumah tangga serta 80 instansi, setara dengan sekitar 16 truk sampah per hari. Program ini tidak hanya mengurangi beban lingkungan, tetapi juga menciptakan ekosistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan dengan partisipasi aktif masyarakat.


Greenprosa didirikan sebagai respons terhadap meningkatnya masalah pengelolaan sampah di berbagai wilayah, khususnya limbah organik yang sulit ditangani secara efisien. Arky Gilang, pendiri Greenprosa, melihat potensi besar dalam budidaya maggot atau larva Black Soldier Fly (BSF) sebagai solusi untuk mengurai sampah organik secara cepat dan efektif. Tujuan utamanya adalah menciptakan sistem yang tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga menghasilkan produk bernilai, seperti pakan ternak dan pupuk organik.


Atas dasar komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan dan inovasi dalam pengelolaan limbah, Greenprosa mulai dibentuk dengan visi untuk memberikan dampak positif pada lingkungan serta memberdayakan masyarakat lokal.


Greenprosa Bekerjasama dengan Pemerintah dan Perusahaan


Dalam menjalankan operasinya, Greenprosa telah menjalin berbagai kerjasama strategis dengan pemerintah dan perusahaan untuk memperluas dampak lingkungan dan sosial dari program-program yang dijalankannya. Beberapa kerjasama yang telah dilakukan antara lain:


Pemerintah Daerah

Greenprosa bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam upaya pengelolaan sampah berbasis komunitas. Melalui program-program yang didukung oleh kebijakan lokal, Greenprosa membantu mengurangi volume sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pemilahan sampah dan pemanfaatan sampah organik melalui budidaya maggot.


Perusahaan Swasta

Greenprosa juga bekerja sama dengan berbagai perusahaan yang berkomitmen pada tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di bidang lingkungan. Kerjasama ini meliputi pengelolaan sampah organik dari restoran, pabrik makanan, dan pasar tradisional. Perusahaan-perusahaan ini menyuplai sampah organik yang kemudian diolah oleh Greenprosa menjadi produk bernilai seperti pakan ternak dan pupuk organik.


Sektor Pertanian dan Peternakan

Selain bekerja sama dengan perusahaan penghasil limbah, Greenprosa juga menjalin kemitraan dengan petani dan peternak setempat untuk memanfaatkan hasil budidaya maggot, baik dalam bentuk pakan alternatif yang kaya protein maupun pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian.


Dengan kolaborasi yang terus berkembang, Greenprosa tidak hanya membantu mengatasi masalah sampah, tetapi juga menciptakan sistem yang berkelanjutan dengan dampak positif pada sektor lingkungan, ekonomi, dan sosial.


Budidaya Maggot. Sumber: teropongmedia.id


Manfaat Budidaya Maggot: Solusi Inovatif untuk Pangan, Lingkungan, dan Ekonomi


Meningkatkan Ketahanan Pangan

Budidaya maggot memberikan alternatif pakan berkualitas tinggi bagi hewan ternak dan peliharaan. Larva Black Soldier Fly (BSF) memiliki kandungan protein lebih dari 30%, menjadikannya sumber nutrisi yang sangat baik. Selain itu, harga maggot relatif terjangkau, sehingga mampu menekan biaya pakan dan meningkatkan efisiensi dalam sektor peternakan.


Kontribusi Terhadap Kelestarian Lingkungan

Maggot BSF berperan penting dalam mengurangi sampah organik yang kerap menumpuk dan mencemari lingkungan. Penggunaan maggot untuk mengurai sampah organik membantu mengurangi penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Larva ini mampu mengurai limbah organik dengan cepat, mengurangi volume sampah secara signifikan, dan mencegah pencemaran tanah serta air yang diakibatkan oleh sampah yang tidak terkelola. Dengan demikian, budidaya maggot membantu menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, metode ini dapat menekan emisi gas rumah kaca seperti metana yang biasanya dihasilkan oleh proses dekomposisi sampah di TPA. Dengan demikian, teknologi ini tidak hanya efektif dalam pengelolaan sampah, tetapi juga berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan.


Memberdayakan Ekonomi Masyarakat

Budidaya maggot dapat menjadi peluang usaha baru yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Proses budidayanya sederhana, tidak memerlukan modal besar, dan dapat dilakukan di lahan terbatas. Dengan potensi pasar yang luas, baik sebagai pakan ternak maupun produk sampingan lainnya, usaha ini membuka kesempatan bagi masyarakat untuk menciptakan lapangan kerja dan sumber penghasilan tambahan.


Penggunaan maggot dalam mengurai sampah organik merupakan solusi inovatif yang menggabungkan efisiensi pengelolaan limbah dengan manfaat ekonomi dan lingkungan. Teknologi ini berpotensi menjadi salah satu metode unggulan dalam menghadapi tantangan pengelolaan sampah yang semakin mendesak, terutama di kawasan perkotaan yang padat penduduk. Dengan berbagai kelebihannya, maggot BSF bisa menjadi ujung tombak pengelolaan sampah organik yang berkelanjutan.


Pelopor Sistem Konversi Limbah Organik. Sumber foto: GNF


Mengubah Limbah Menjadi Solusi Berkelanjutan Melalui Budidaya Maggot


Maggot, atau larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF), kini menjadi salah satu solusi alternatif dalam pengelolaan sampah organik. Penggunaan maggot sebagai pengurai limbah telah terbukti efektif dan efisien dalam mengurangi volume sampah organik, sekaligus menghasilkan produk sampingan yang bermanfaat.


Maggot memiliki kemampuan luar biasa dalam mengekstrak energi dan nutrisi dari berbagai jenis limbah organik. Sisa makanan, sayuran busuk, kotoran, hingga bangkai hewan dapat diolah oleh BSF menjadi sumber makanannya. Proses alami ini tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga mengubahnya menjadi biomassa bernilai tinggi, sekaligus mendukung siklus kehidupan BSF dengan cara yang efisien dan ramah lingkungan.


sumber instagram.com/greenprosa


Sumber Sampah untuk Pakan Maggot

Arky mendapatkan sampah organik dari sekitar kampung yang kemudian digunakan sebagai bahan pakan untuk maggot. Dengan metode ini, ia mampu mengolah hingga 12 ton sampah setiap harinya. Proses pengolahan dimulai ketika sampah yang datang dituangkan ke conveyor. Pada tahap ini, sampah masih bercampur antara organik dan anorganik, sehingga perlu dipilah secara manual oleh 2 hingga 6 petugas. Mereka akan memisahkan sampah keras atau yang memiliki nilai jual terlebih dahulu sebelum sampah lainnya diproses lebih lanjut.


Proses Pemilahan Sampah

Setelah pemilahan manual, campuran sampah organik dan anorganik diarahkan menuju mesin pemilah otomatis. Mesin ini memiliki kapasitas 3 hingga 5 kubik sampah per jam, memastikan bahwa sampah terpisah secara efisien. Sampah organik yang telah terpilah kemudian digunakan sebagai pakan maggot.


Proses Penguraian Sampah

Maggot BSF memiliki kemampuan luar biasa dalam mengonsumsi sampah organik, seperti sisa makanan, sayuran busuk, dan limbah rumah tangga lainnya. Dalam waktu singkat, larva ini mampu mengurai sampah organik hingga 50-60% dari volume awalnya. Proses ini berlangsung cepat, biasanya hanya memakan waktu beberapa hari hingga satu minggu, tergantung pada jumlah maggot dan jenis limbah yang diurai.



Pemanfaatan Maggot dalam Pertanian dan Peternakan

Larva Black Soldier Fly (BSF) ini memainkan peran penting dalam proses pengolahan sampah. Saat siap dipanen, maggot dibagi menjadi dua bagian: sebagian dijual ke petani ikan, dan sebagian lagi dikeringkan untuk dijadikan pakan ternak. Kandungan proteinnya yang tinggi, lebih dari 30%, menjadikan maggot sebagai pakan alternatif yang sangat baik untuk ikan dan unggas. Selain harga yang terjangkau, maggot juga bermanfaat untuk meningkatkan imunitas hewan.


Maggot menghasilkan produk bermanfaat. Selain mengurangi volume sampah, maggot juga memberikan manfaat lain, yakni:


Kompos: Selain digunakan sebagai pakan, maggot juga dapat diproses menjadi pupuk organik berkualitas tinggi. Pupuk ini sangat bermanfaat bagi peternakan dan pertanian, karena mengandung protein lebih banyak daripada pelet ternak biasa maupun pupuk kimia. Arky menjual pupuk organik ini kepada petani lokal, yang dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas lahan mereka.


Pakan Ternak: Maggot yang telah dewasa bisa digunakan sebagai pakan bernutrisi tinggi untuk ikan, ayam, dan ternak lainnya. Hal ini menjadikan pengelolaan maggot sebagai metode yang ramah lingkungan sekaligus ekonomis.


Efisiensi Lahan dan Kecepatan Pemrosesan


Salah satu keunggulan budidaya maggot adalah efisiensinya dalam hal penggunaan lahan. Larva maggot memiliki kemampuan luar biasa untuk mengonsumsi sampah organik lebih dari tiga kali berat tubuhnya dalam waktu kurang dari 24 jam. Dari satu kilogram maggot, mereka mampu memangkas dua hingga lima kilogram sampah organik setiap harinya, menjadikan metode ini solusi ramah lingkungan dan efisien dalam menangani masalah sampah.


Dengan pendekatan ini, Arky tidak hanya membantu mengatasi masalah sampah, tetapi juga berkontribusi pada ekonomi lokal dan mendukung praktik pertanian serta peternakan yang lebih berkelanjutan.




Kolaborasi Banyumas dan Program Arky: Solusi Inovatif Pengelolaan Sampah dengan Maggot


Keberhasilan ini menarik perhatian pemerintah Kabupaten Banyumas yang kemudian mendukung program Arky dengan menyediakan fasilitas pengolahan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Di fasilitas ini, sampah organik diolah menjadi bubur sampah yang kemudian menjadi pakan bagi larva maggot. Proses ini tidak hanya menyelesaikan masalah sampah yang menumpuk, tetapi juga menghasilkan pupuk organik berkualitas yang dapat dimanfaatkan untuk sektor pertanian.


Berkat kerja keras dan inovasi yang dilakukan Arky, kini program ini mampu mengolah hingga 5 ton sampah organik setiap harinya. Sampah tersebut berasal dari 5.500 rumah tangga serta 72 instansi pemerintah di Kecamatan Sumbang dan Sokaraja. Pengolahan ini tidak hanya membantu mengurangi beban lingkungan, tetapi juga memberikan dampak ekonomi melalui produk pupuk organik yang dihasilkan. Dengan demikian, Arky berhasil menunjukkan bahwa masalah sampah yang dulunya menjadi ancaman, kini dapat diubah menjadi peluang yang mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.


Atas Kontribusinya Terhadap Ketahanan Pangan dan Keberlanjutan Lingkungan: Arky dianugerahi SATU Indonesia Awards 2021 oleh PT Astra International Tbk


Inovasinya yang dimulai dengan modal minim ini tak hanya membantu mengurangi polusi lingkungan, tetapi juga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat. Atas dedikasi dan dampak positif yang dihasilkannya, Arky dianugerahi SATU Indonesia Awards 2021 oleh PT Astra International Tbk, sebagai penghargaan atas kontribusinya terhadap ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan.


Inisiatif ini membuktikan bahwa dengan pendekatan yang kreatif dan inovatif, masalah lingkungan yang kompleks dapat diselesaikan secara berkelanjutan. Budidaya maggot yang digerakkan oleh Arky Gilang Wahab kini menjadi inspirasi bagi banyak daerah lain yang sedang berjuang menghadapi permasalahan serupa. Semangatnya untuk terus berinovasi dan memberikan solusi nyata bagi masyarakat menjadi teladan bagi generasi muda untuk tidak hanya menyoroti masalah, tetapi juga berperan aktif dalam menciptakan perubahan.


Referensi 

https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/penggerak-program-sistem-konversi-limbah-organik-untuk-ciptakan-ketahanan-pangan/

https://www.indonesiana.id/read/164787/arky-gilan

g-pencipta-inovasi-sistem-konversi-limbah-organik-untuk-ketahanan-pangan

lilpjourney.com/kisah-inspiratif-arky-gilang-wahab/



You May Also Like

0 komentar