My Story

Virtual Diary

Creative Blog

Dari Sedekah ke Solusi: Dompet Dhuafa dan Gerakan Pemberdayaan Berkelanjutan

by - Mei 23, 2025

 

 

 

“Perjalanan yang baik bukan sekadar tentang jarak yang ditempuh, tapi tentang hati yang disentuh dan cerita yang dibawa pulang.”


Menyusuri Hati, Menjelajahi Asa: Cerita Pemberdayaan Heartventure Dompet Dhuafa ke Yogyakarta


Dalam bis Rosalia Indah yang berjalan pelan menembus malam, saya duduk di kursi dekat jendela, memandangi lampu-lampu jalanan yang berkelebat seperti serpihan harapan. Kadang redup, kadang bersinar terang. Perjalanan ini bukan sekadar wisata atau kunjungan biasa. Ini adalah heartventure—perjalanan hati. Bersama Dompet Dhuafa, kami—media, blogger, content creator—menyusuri rute menuju Yogyakarta. Tapi sejatinya, kami tengah menyusuri lorong-lorong empati dan aksi nyata. Menyusuri makna 3H di Yogyakarta, sebuah perjalanan voluntrip yang mengubah hati. Tiga hari bukan waktu yang lama. Tapi di antara 16 sampai 18 Mei 2025 kemarin, tiga hari itu menjelma jadi ruang belajar, tempat tumbuh, dan perjalanan menyelam ke dalam arti sesungguhnya dari kata “peduli”.


Saya bersyukur sekali menjadi salah satu peserta Voluntrip yang diadakan oleh Dompet Dhuafa melalui program Heartventure—sebuah kegiatan berbasis kemanusiaan yang merangkai tiga pilar: Help, Heal, Hope. Lokasinya di Yogyakarta, kota yang sejak dulu punya cara lembut untuk menyentuh hati siapa pun yang datang. 


Ritual keberangkatan dimulai seperti biasa—absen, suara tawa kecil, dan keributan koper. Setelah semua siap, bis melaju menuju Yogyakarta. Di Pool Rosalia Indah, kami sempat berhenti untuk ISHOMA dan makan malam. Di situ, obrolan mulai mengalir, menjembatani batas antara kami yang belum saling kenal.


Malam kian larut, namun semangat kami tidak. Bis kembali melaju, membawa kami menuju pagi dan cerita baru.


Hari Pertama: Dari Imogiri ke Cangkringan, Menanam Makna



Kurban Berdampak: Cerita Pemberdayaan dari DD Farm Pundong


Pagi pertama di Jln. Imogiri Banguntapan Kabupaten Bantul, dimulai dengan mandi dan sarapan Soto Kakijangi yang hangatnya seperti menyambut kami dalam pelukan. Drop point kami di Masjid Al Ghozali menjadi titik temu tubuh dan semangat yang mulai bangkit.


Kami melanjutkan perjalanan ke Kandang Dompet Dhuafa Farm Pundong. Di sudut tenang Bantul, Yogyakarta inilah, berdiri salah satu kandang utama milik Dompet Dhuafa yang menjadi pusat penggemukan dan pembibitan domba. Beroperasi sejak tahun 2022, lahan seluas 3.600 meter persegi ini tak hanya menjadi tempat bernaung bagi ratusan domba, tetapi juga menjadi simbol komitmen terhadap pemberdayaan peternak lokal. Di dalamnya, sekitar 500 ekor domba jenis fattening (penggemukan) dan 200 ekor domba breeding (pembibitan) tumbuh sehat dengan perawatan intensif—siap untuk menjawab kebutuhan qurban sekaligus menopang ekonomi umat.


Di sana, kami disambut hangat, dilanjutkan dengan fun games, ISHOMA, dan talkshow tentang program pemberdayaan ekonomi. Percakapan tentang domba saja bagi saya terasa begitu membumi. Ini bukan sekadar data atau statistik, ini adalah nyawa yang dikisahkan oleh mereka yang menghidupi.


Subadar - Kepala Kandang DD Farm Pundong (kiri) tengah Mas Dimas (Reporter Jawa Pos) Mbak Wulan (Reporter Republika)


DD Farm Pundong: Menyemai Semangat Berdaya Lewat Kurban


“Kami memelihara domba-domba lokal—hasil persilangan antara Garut dan Jawa—dengan penuh kasih di sini. Saat tiba waktunya, mereka disembelih dengan tata cara syariat, lalu dagingnya kami kirimkan ke daerah-daerah yang membutuhkan, seperti Gunung Kidul dan Kulon Progo," tutur Subadar yang awal mengenal DD saat menjadi Relawan Kebencanaan hingga akhirnya ditarik menjadi Kepala Kandang DD Farm Pundong, saat bercerita matanya menatap lembut ke arah kandang. Saya menyimak apa yang sedang ia tuturkan bersama dua kawan lainnya yaitu mas Dimas dari Jawa Pos dan Mbak Wulan dari Republika.


DD Farm bukan sekadar peternakan. Ia adalah ruang kehidupan, tempat harmoni antara manusia, hewan, dan alam terjalin erat. Di ujung kandang berdiri Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang telah bersertifikat halal, menjamin proses yang bersih dan manusiawi. Tak jauh dari sana, gudang pakan hijauan berdiri teduh, menopang kebutuhan harian ternak. Sebidang lahan seluas satu hektar disulap menjadi kebun hijau, tempat tumbuhnya ragam tanaman pakan yang segar—semuanya dirancang demi keberlangsungan hidup yang lebih baik, dari rumput hingga manusia yang menerimanya.



Kandang ini bukan sekadar tempat menggembala, tapi ladang amal yang terus menebar manfaat. Domba-domba yang dirawat dengan telaten dijual untuk berbagai keperluan—sate, kurban, atau sebagai indukan. Namun, nilainya tak berhenti di angka transaksi. Sebagian keuntungan dari penjualan dialirkan kembali ke masyarakat melalui program-program sosial Dompet Dhuafa: membantu para lansia, menghidupkan posyandu, hingga mendukung pendidikan anak-anak di berbagai penjuru.


"Alhamdulillah, penerima manfaatnya banyak," ucap Subadar, seraya menyebut salah satunya adalah warga di sekitar Seloharjo, Bantul—desa yang kini ikut tumbuh bersama semangat pemberdayaan.


Mas Zahron, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Yogyakarta


Sebar Kebaikan hingga Pelosok Yogyakarta: Dompet Dhuafa Targetkan Ribuan Hewan Kurban


Di tengah gegap gempita Idul Adha yang kerap dirayakan meriah di kota-kota besar, ada wajah lain dari perayaan yang tak banyak tersorot—wajah harap dari masyarakat di pelosok yang jarang merasakan kelezatan daging kurban.


Mas Zahron, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Yogyakarta, memahami betul realitas tersebut. Tahun ini, Dompet Dhuafa Yogyakarta menargetkan pendistribusian 1.500 hingga 2.000 ekor hewan kurban ke empat kabupaten di wilayah DIY. Langkah ini bukan sekadar rutinitas tahunan, tapi bagian dari upaya nyata menjembatani kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara mereka yang berlebih dan mereka yang menanti.


“Di Yogyakarta, terutama wilayah-wilayah pedesaan, masih banyak masyarakat yang jarang atau bahkan belum pernah merasakan daging kurban,” ujar Mas Zahron. “Berbeda dengan Jakarta atau kota-kota besar lainnya, distribusi di sini tidak selalu merata.”


Dompet Dhuafa hadir untuk memastikan bahwa momen kurban tak hanya menjadi ritual, tapi juga membawa keadilan sosial—menyentuh hati, memberi senyum, dan menghidupkan semangat kebersamaan. Karena sejatinya, kurban adalah tentang berbagi. Dan tak ada kebahagiaan yang lebih tulus, selain melihat senyum merekah di wajah mereka yang selama ini terlupakan.


Di balik embik domba dan derit kandang, ada denyut pengabdian yang tak henti. Karena di DD Farm, setiap ekor yang dirawat adalah titipan kebaikan yang akan sampai pada mereka yang membutuhkan.


Sore menjelang, kami berpindah ke Desa Cangkringan. Disambut oleh Kelompok Ngudi Makmur Ngeremboko, kami diberi kamar dan waktu untuk istirahat. Tapi agenda malam itu menjadi titik balik emosional.


Talkshow inspiratif bersama Fathur, aktivis dan mantan Ketua BEM UGM 2019, membuka ruang perenungan. Bahwa berbagi bukan soal siapa kita, tapi seberapa tulus kita mengulurkan tangan. Malam itu ditutup dengan tarian bersama warga—gerakan tubuh yang menghapus sekat dan menyulam kebersamaan dan senikmat piring kambing guling dan jadah tempe yang baru pertama kali saya cicipi. 


Hari Kedua: Dari Edufarm ke Lava Tour, Merayakan Harapan


Ketika Aku Menjadi 


Pagi itu, embun masih menggantung di pucuk-pucuk daun saat kami belajar tentang Edufarm—sebuah program pemberdayaan peternak susu di lereng Merapi. Saya menginap di rumah Pak Naryo Sutrisno, yang berada di Desa Cangkringan, salah satu wilayah pemberdayaan Dompet Dhuafa di Yogyakarta. Saya berkesempatan bermalam di rumah warga Dusun Plosorejo, yang dahulu menggantungkan hidup dari beternak sapi potong.


Pasca erupsi Merapi 2010, banyak warga kehilangan ternaknya. Untuk membangkitkan kembali perekonomian, Dompet Dhuafa menghadirkan program pemberdayaan berupa bantuan sapi perah dan pendirian Rumah Susu. Berawal dari 10 ekor, kini usaha ternak susu terus berkembang dan menjadi harapan baru bagi warga. Saya seolah mendapatkan pengalaman yang lebih hangat dan nyata—bukan sekadar kunjungan, tapi pelibatan hati.




Pak Naryo bercerita, selain rutin memerah susu, ia juga memanfaatkan kotoran sapinya untuk biogas. Ia bahkan pernah diwawancarai oleh stasiun televisi karena inovasinya itu. Di balik bau menyengatnya, tersimpan harapan akan masa depan yang lebih ramah lingkungan dan mandiri energi. Biogas dari kotoran sapi bukan hanya solusi praktis di pedesaan, tapi juga simbol kecerdasan manusia dalam mengolah alam tanpa merusaknya


Di sini, kami tak hanya melihat dari kejauhan, tapi ikut menyentuh prosesnya. Seolah sedang membaca puisi yang ditulis bumi, lewat tangan-tangan peternak yang setia bangun sebelum fajar, tak pernah lelah merawat harapan.


Saya belajar memaknai hidup dengan cara yang berbeda. Melihat bagaimana roda kehidupan berputar di kaki Merapi—dalam sunyi, dalam kebersamaan, dalam kerja sama yang diam-diam menghidupi. Bersama Dompet Dhuafa, saya menyaksikan bagaimana kehadiran menjadi cahaya, bukan hanya program.


Pengumpulan susu di rumah susu Dompet Dhuafa untuk diolah menjadi susu botolan yang menyehatkan dan memberdayakan 


Saya belajar memerah susu. Dari empat ekor sapi yang dipelihara, setiap pagi dan sore masing-masing menghasilkan hingga 15 liter susu. Proses yang dimulai sejak pukul empat dini hari, menjadi bagian dari ritual kehidupan yang terus berjalan. Susu-susu segar ini lalu dikumpulkan dan dikirim ke Rumah Susu Dompet Dhuafa, diolah menjadi minuman susu botolan yang menyehatkan dan memberdayakan.


Di balik setiap tetes susu, tersimpan kisah ketekunan, cinta pada tanah, dan semangat untuk hidup lebih baik. Dan pagi itu, saya merasa menjadi bagian kecil dari cerita besar di Kaki Gunung Merapi.




Perjalanan yang menaikkan Adrenalin melalui Lava Tour Merapi


Setelah sarapan bersama, kami melakukan Lava Tour Merapi—menyusuri jejak bencana dan keberanian. Di museum sisa merapi, ada duka yang disimpan bumi, tapi juga keberanian yang mengakar.


Sore hari kembali ke homestay, kami mandi, istirahat, dan bersiap berbagi. Anak-anak Desa Cangkringan sudah menanti. Kami bermain, berbagi inspirasi, lalu mengiringi kegiatan pemeriksaan kesehatan oleh RDK Dompet Dhuafa.


Sebelum hari benar-benar siang, ada sesi penutup yang manis: pembagian bingkisan pemberdayaan, dan salam perpisahan. Tapi seperti banyak pertemuan penting lainnya, yang kami bawa pulang bukan sekadar barang atau foto. Kami membawa kesadaran.


Anak Hebat di Rumah Singgah Kanker dan kelainan Darah Serta Hujan Rintik di Malioboro


Kami mampir ke Erista Garden, Ulen Sentalu Museum dan bersua dengan anak-anak hebat di Rumah Singgah Pasien Anak, khusus kanker dan kelainan darah. 


Penyerahan box of happiness sebuah bingkisan yang dapat memberikan senyum kepada penderita kanker dan leukimia 


Heartventure Dompet Dhuafa: Menyusuri Jejak Harapan di Rumah Singgah Pasien Anak


Tentu saja, perjalanan ini menyisakan ruang untuk bahagia—dan haru. Salah satu momen yang paling membekas adalah saat kami mengunjungi Rumah Singgah Pasien Anak, tempat bernaung bagi pejuang kecil yang tengah melawan kanker dan kelainan darah.


Di sana, kami tak datang sebagai tamu, tapi sebagai teman bermain. Bersama mereka, kami melukis totebag, menyanyikan lagu-lagu ceria, dan membagikan Box of Happiness—sebuah bingkisan kecil yang kami harap bisa membawa senyum. Namun sejatinya, merekalah yang memberi kebahagiaan kepada kami. Anak-anak itu, dengan mata bening dan tawa polosnya, mengajarkan bahwa semangat bisa tumbuh di mana saja—bahkan dari tubuh mungil yang tengah berjuang melawan sakit.


Perjalanan mereka masih panjang. Seorang anak dengan leukemia, misalnya, harus menjalani pemeriksaan dan pemantauan ketat selama 5 hingga 10 tahun. Namun di balik rentang waktu yang tak singkat itu, mereka menunjukkan kepada kami bahwa harapan tak pernah mengenal lelah.




Di Rumah Singgah ini, cinta menjadi udara yang menghidupkan. Ada pelukan, ada semangat, dan ada keteguhan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Kunjungan singkat itu bukan sekadar agenda, tapi pertemuan yang akan tinggal lama di hati—sebagai pengingat bahwa kekuatan terbesar seringkali hadir dari yang tampak paling rapuh.


Malam terakhir, kami mengeksplor Malioboro. Walau rintik hujan, kota ini tak pernah kehilangan denyut. Kota romantis yang penuh kenangan dalam ingatan saya. Ingatan yang mampir saat mata terpejam merindukan orang yang paling saya sayangi. Kota yang menyimpan banyak makna kehidupan. Terlebih ketika saya melewati Hotel Jambuluwuk dan Melia Purosani, lokasi dulu saya pernah menginap ketika Jogja memanggil saya ke sana dan kembali menggunakan kereta malam di stasiun Lempuyangan. Delman dan becak motor wara Wiri mengajak para wisatawan untuk berkunjung ke pusat oleh-oleh 


Kami menyempatkan diri makan malam di Bakmi Kadin, penuh canda, dan lelah yang manis sambil mendengarkan alunan lagu keroncong. Di ujung malam, kami bersiap pulang. Tapi hati kami tertinggal di banyak titik: di rumah penduduk kaki gunung merapi, di kandang sapi dan domba, di senyum anak-anak, di pelukan ibu-ibu, di tangan-tangan yang mengulurkan harapan.


Perjalanan yang Tidak Usai


Shubuh di Rest Area Subang menjadi jeda spiritual terakhir sebelum benar-benar kembali ke Jakarta. Tapi sesungguhnya, perjalanan ini belum usai. Karena heartventure bukan soal tempat yang dikunjungi, tapi hati yang terus berpetualang.


Kami pulang membawa kisah dan janji: untuk terus menceritakan, menyebarluaskan kebaikan, dan—lebih penting—ikut menjadi bagian dari perubahan.


Mulailah turun ke jalan, sapa sesama, dan beranikan diri bertualang dengan hati. Karena pada akhirnya, kita semua sedang mencari hal yang sama: tempat di mana kebaikan bisa tumbuh dan mengakar.



You May Also Like

10 komentar

  1. Masyaallah sebuah perjalanan yang membawa banyak cerita ya mba. Tak hanya pemberdayaan masyarakat, tapi ada harapan, cinta serta kebaikan-kebaikan di dalamnya.

    BalasHapus
  2. Memang engga ada habisnya deh ... kalau kita ngomongin soal dompet dhuafa, keren program nya, karena semua tentang kebaikan dan gerakan pemberdayaan manusia, kemaren juga saya ikur tentang program kebaikan operasi mata di Rumah Sakit Tangerang, sukses selalu

    BalasHapus
  3. Salut dan apresiasi untuk Dompet Dhuafa yang dari dulu semangat etos kerja timnya selalu meningkat. Bisa menjadi pusat pemberdayaan masyarakat, serta program2nya yang bagus seperti kurban ini. Membantu sesama melalui kurban. Bahkan saya sendiri pernah lihat program Dompet Dhuafa ini di daerah saya, rame kurban2nya. Penyalurannya juga profesional sesuai target.

    BalasHapus
  4. MashaAllah. Terharu dengan tulisan ini. Bagaimana sebuah Heartventure yang hanya berjalan singkat ini sudah menorehkan sekian banyak kenangan ya Des. Melihat banyak orang yang hidup bersahaja, semua pengalaman tidak hanya menyentuh hati tapi mengajarkan kita untuk menikmati takdir Allah Subhannahu Wata'ala. Bagaimana Dia sudah mengatur setiap sisi kehidupan yang sarat nilai untuk kita saling berbagi, saling mengisi, dan saling memberikan arti.

    Semoga Dompet Dhuafa senantiasa makmur dan setia menjalankan banyak sekali kegiatan bermanfaat yang mengajak kita untuk terus beramal. Semoga suatu saat saya bisa ikut serta dalam kegiatan seperti ini.

    BalasHapus
  5. Sejak awal mengenal Dompet Dhuafa, saya dan anak-anak langsung bergabung
    Untuk menyetorkan zakat dan infak
    Selain mudah, juga karena digunakan untuk banyak program yang berkelanjutan

    BalasHapus
  6. Kegiatan voluntrip yogyakarta ini penuh makna dan berkesan. Senang banget yaa mbak bisa ikut ambil bagian dalam kegiatan pemberdayaan berkelanjutan dari Dompet Dhuafa ini😊

    BalasHapus
  7. Perjalanannya sangat menyentuh hati banget. Jadi semakin tau seperti apa Dompet Dhuafa melakukan pemberdayaan. Suka tersentuh melihat senyum anak-anak yang ada di rumah singgah

    BalasHapus
  8. Masya Allah, ikut bahagia melihat program-program dhompet dhuafa berjalan lancar dan bukan sekedar iklan di media sosial, sukses terus dompet dhuafa untuk menebar kebaikan

    BalasHapus
  9. Benar-benar menyentuh hati kegiatannya ya, Kak. Banyak sekali hal yang bisa kita pelajari dari kegiatan Dompet Dhuafa di Yogyakarta ini. Nggak sekedar sedekah saja. Tapi, bagaimana memberdayakan sumber daya yang ada yang nggak merusak lingkungan.

    BalasHapus
  10. MashaAllaaa..
    Ikut seneng sama petualangan serunya bersama Dompet Dhuafa.
    Karena berkurban di DD adalah salah satu tools kita sebagai ummat muslim untuk saling membantu dari hulu ke hilir, menebarkan seluas-luasnya manfaat.

    Tour Lava-nya doonk..
    Ngileerr bangeett..

    BalasHapus