My Story

Virtual Diary

Creative Blog

Culinary Schools Game: Ketika Dunia Dapur Menjadi Permainan yang Menghidupkan Imajinasi

by - Juni 07, 2025

 



Ada hal-hal yang tak pernah bisa diukur dengan takaran sendok. Seperti aroma kue yang baru keluar dari oven, atau tawa anak-anak saat tangan mereka belepotan adonan. Di rumah kami, dapur adalah tempat di mana waktu melambat. Tempat paling riuh menjelang hari raya, dan paling hangat meski hujan turun tak henti di luar jendela.


Setiap menjelang Idul Fitri atau Idul Adha, kami punya tradisi kecil yang tak tertulis di buku resep manapun: membuat kue bersama. Delapan toples — kadang lebih, kadang pas — semua tersusun rapi. Anak-anak mencetak dengan bentuk-bentuk favorit mereka, papa mereka si penjaga loyang, dan saya… menakar cinta lewat gula dan mentega.


Tapi tak harus menunggu hari raya untuk merasa dekat. Bahkan di hari biasa, saya sering berkutat di dapur, mulai membuat bolu atau kue kering. Ada ketenangan yang tak bisa dijelaskan saat tepung perlahan bersatu dengan telur dan margarin, lalu berubah menjadi sesuatu yang bisa mengisi sore hari dengan wangi.




Kadang, kalau sedang sendiri, saya menonton Asian Food Channel. Mengamati tangan-tangan yang cekatan, mendengar bunyi panci yang beradu, dan seolah bisa mencium harum masakan dari layar. Dunia kuliner memang begitu: mengikat kita pada rasa, pada momen, dan pada kenangan yang selalu bisa dihangatkan kembali, terutama saat anak-anak berulang tahun. 




Dan menariknya, kebiasaan ini juga menular ke dunia permainan. Tak hanya anak-anak, keponakan kami bahkan sekarang sedang keranjingan Culinary Schools Game — sebuah game simulasi memasak yang tak sekadar mengajarkan resep, tapi juga memberi mereka rasa ingin tahu dan tanggung jawab kecil dalam setiap hidangan. Mereka belajar memotong, mengaduk, menyajikan — semua dengan jari-jari mungil dan mata berbinar. Lucunya, terkadang mereka menyebut diri mereka “chef beneran” setelah menyelesaikan satu level.


Saya tersenyum melihat mereka bermain, karena di layar kecil itu, ada cermin dari dunia kami: tentang proses, rasa, dan cinta yang disajikan hangat—baik dari oven, maupun dari layar.



Sekotak Tablet, Secarik Imajinasi


Pagi itu, si kecil duduk di sudut ruang tamu. Tablet di tangannya menyala, menampilkan warna-warna cerah dan tokoh-tokoh mungil. Di layar, supermarket berjejer dengan bermacam produk yang diperjualbelikan. Tangan-tangan kecil mulai memindahkan pizza, wortel dan chips dalam keranjang sesuai arahan. Bukan karena grafisnya, tapi karena ekspresinya—serius, penuh perhatian, seolah-olah ia sedang mempersiapkan belanja bulanan untuk dibawa pulang. 


Itulah pertama kalinya saya mengenal Culinary Schools Game—sebuah permainan edukatif yang tidak sekadar menyenangkan, tetapi juga membuka pintu kecil menuju dunia besar bernama kuliner. Siapa sangka, dari dapur virtual itu, anak-anak bisa belajar tentang bahan makanan, cara memasak, hingga mengelola waktu dan menyusun strategi.


Bermain yang Tidak Sekadar Main


Dalam hidup, saya percaya banget, bahwa bermain adalah cara anak-anak menafsirkan dunia. Mereka tidak hanya meniru, tapi juga membangun pemahaman mereka sendiri tentang bagaimana dunia bekerja. Culinary Schools Game memberikan ruang itu—bukan hanya menantang si kecil untuk menyelesaikan misi memasak, menata bento, tetapi juga mengajak mereka berpikir seperti seorang chef, seperti seorang pemilik restoran, bahkan seperti seorang pelanggan yang tahu apa yang ingin dinikmati.


Game ini memperkenalkan anak pada konsep dasar memasak: memotong, merebus, memanggang, mengaduk, hingga menyajikan, bahkan proses dan perjalanan panjang bagaimana sayuran ditanam dan diperjual belikan. Tapi lebih dari itu, mereka belajar mengenal bahan makanan, kombinasi rasa, urutan kerja di dapur, bahkan pentingnya menjaga kebersihan. Semua itu dibungkus dalam elemen permainan yang menyenangkan. Anak-anak tak merasa sedang belajar, tetapi tanpa sadar, mereka menyerap ilmu seperti spons menyerap air.


Beberapa Pilihan Permainan Culinary Schools Game 


Di Culinary Schools Game, pemain dimanjakan dengan beragam pilihan kategori permainan yang seru dan edukatif. Mulai dari brain games yang mengasah logika, food education games yang mengenalkan pengetahuan seputar makanan, hingga serving eaters yang melatih kecepatan dan ketepatan saat menyajikan hidangan. Tak hanya itu, tersedia juga other fun food games, arcade games, sport games, hingga holiday games yang bertema musim atau perayaan tertentu. Kombinasi berbagai genre ini membuat pengalaman bermain semakin berwarna, seru, dan tentunya memberi nilai tambah edukatif yang cocok untuk segala usia. Serta ada banyak permainan seru yang si kecil suka diantaranya: 




Baby Supermarket 


Saya ikut mencoba beberapa game bersama si kecil. Saat pertama kali memainkan Baby Supermarket, saya langsung disambut dengan tampilan yang ceria dan penuh warna. Si kecil sangat tertarik karena gambar-gambarnya mudah dikenali. Dalam permainan, anak diminta mencocokkan kata-kata makanan seperti “pizza”, “wortel”, atau “susu” dengan gambar yang sesuai untuk diletakkan ke dalam keranjang. Hal ini membuat proses belajar terasa seperti bermain, bukan seperti pelajaran yang membosankan. Ia sangat antusias saat berhasil mencocokkan dengan benar dan mendapatkan pujian dari suara narator yang lembut dan menyenangkan.


Selama bermain, saya melihat bagaimana game ini membantu meningkatkan fokus dan daya ingat anak. Ia mulai bisa mengingat nama-nama makanan yang sebelumnya belum terlalu dikenal. Selain itu, saya juga merasa terbantu karena game ini bisa menjadi sarana belajar tambahan di rumah tanpa harus membuat anak merasa sedang belajar. Baby Supermarket bukan hanya menghibur, tetapi juga edukatif, cocok untuk orang tua yang ingin mengenalkan anak pada kosakata makanan dalam suasana yang santai dan menyenangkan.




Can I Eat it


Can I Eat It? adalah permainan yang sangat seru dan lucu untuk anak-anak prasekolah dan TK. Saat bermain, anak diminta untuk dengan cepat menjawab “ya” atau “tidak” ketika muncul gambar suatu benda dan pertanyaannya adalah: apakah benda itu bisa dimakan? Reaksinya sangat menggemaskan ketika muncul gambar makanan seperti buah, sayur, atau kue — ia langsung menjawab "ya" dengan percaya diri. Tapi ketika muncul benda aneh seperti kaus kaki, baterai, atau serangga, ia tertawa dan spontan menjawab "tidak", meskipun kadang masih ragu dan salah menjawab. 




Saya jadi teringat ketika si kecil bermain di pantai saat hendak berenang di pantai Marina Ancol. Ia menggali pasir dan melihat beberapa kerang dan hampir ia masukan ke dalam mulut. Pengalaman bermain game ini terasa menyenangkan sekaligus edukatif. Anak jadi belajar membedakan mana yang boleh dimakan dan mana yang berbahaya. Respon cepat yang dibutuhkan dalam game ini juga membantu melatih konsentrasi dan refleks mereka. Tampilan visual yang menarik serta suara lucu saat menjawab benar atau salah menambah keseruan. Game ini cocok dijadikan aktivitas bermain sambil belajar di rumah, apalagi jika dimainkan bersama orang tua agar bisa sekaligus memberi penjelasan tambahan tentang setiap benda yang muncul.





Farm Town

Farm Town: Belajar Menanam Padi adalah game simulasi pertanian yang edukatif dan seru untuk segala usia. Pemain diajak merasakan pengalaman menjadi petani, mulai dari menanam padi, merawat sawah, hingga memanennya dan menjual hasil panen ke pasar. Visualnya yang cerah dan mekanisme permainan yang sederhana membuat game ini mudah dipahami, bahkan untuk anak-anak. Selain menyenangkan, Farm Town juga mengajarkan nilai kerja keras dan proses produksi pangan, menjadikannya pilihan tepat untuk belajar sambil bermain.



Dapur Virtual, Cita Rasa Nyata


“Mi, nanti aku mau coba ikut masukin sayuran seperti di game ya?” ucap si kecil ketika hendak pergi ke GS Supermarket. 


Saya tersenyum. Bagi saya, itulah momen yang sangat berharga. Ketika dunia maya bertransisi menjadi dunia nyata. Saat tombol-tombol virtual itu mendorong tangan kecilnya untuk menyentuh bahan yang sesungguhnya. Lalu mengulang menyebutkan satu-persatu. 


Saya tidak mengejar kesempurnaan hasil, saya mengejar rasa ingin tahu. Karena rasa ingin tahu adalah akar dari segala pembelajaran. Culinary Schools Game berhasil menumbuhkan itu—membuat anak saya ingin tahu, ingin mencoba, ingin mencicipi dunia dengan caranya sendiri.


Belajar Tanpa Paksaan, Mendidik Lewat Rasa


Di masa kini, di mana kurikulum seringkali membebani, saya merasa lega saat menemukan bahwa ada media belajar yang tidak mengintimidasi. Game seperti ini mengajarkan anak tentang ketekunan, tanggung jawab, dan kreativitas—semua itu datang dari pengalaman bermain yang menyenangkan.


Anak saya mulai bertanya tentang asal-usul makanan. Tentang kenapa rendang bisa bertahan lama. Tentang kenapa donat harus digoreng. Tentang kenapa chef memakai topi tinggi. Semua pertanyaan itu membuka obrolan hangat antara kami, mempererat hubungan, dan membuatku merasa bahwa aku sedang membesarkan anak yang ingin mengenal dunia, bukan hanya menaklukkan nilai.


Bermain Game Menumbuhkan Minat Sejak Dini


Culinary Schools Game juga bisa menjadi pintu awal menuju minat jangka panjang. Siapa tahu, dari dapur virtual itu, lahir impian untuk menjadi chef, food stylist, food technologist, atau bahkan pemilik restoran ramah lingkungan?


Minat tidak tumbuh dari hafalan. Ia tumbuh dari pengalaman yang menggetarkan. Dan kadang, pengalaman itu datang dari sesuatu yang tampak sederhana—seperti sebuah game di tablet. Jika disertai bimbingan yang hangat, diskusi yang terbuka, dan ruang untuk mencoba, maka potensi anak bisa berkembang secara organik.


Membuat Anak Berani Mencoba 


Saya selalu percaya bahwa pendidikan terbaik bukan yang membuat anak takut salah, tetapi yang membuat mereka berani mencoba. Culinary Schools Game bukanlah satu-satunya cara mengenalkan dunia kuliner, tetapi ia bisa menjadi awal yang manis—seperti gigitan pertama pada kue hangat buatan sendiri.


Lewat permainan ini, anak-anak tidak hanya belajar tentang makanan. Mereka belajar tentang kerja sama, pengambilan keputusan, bahkan pentingnya memperhatikan detail kecil—semuanya menjadi bahan dasar dalam membentuk karakter.


Jika ada satu hal yang saya pelajari sebagai orang tua, maka itu adalah: biarkan anak-anak mengeksplorasi. Biarkan mereka bertanya, mencoba, gagal, lalu mencoba lagi. Culinary Schools Game hanyalah salah satu alat di antara sekian banyak cara untuk mendampingi mereka mengenal dunia.


Dan jika dapur bisa menjadi tempat bermain yang menyenangkan, baik itu nyata ataupun virtual, maka kita sedang menyajikan sesuatu yang lebih dari sekadar makanan: kita menyajikan masa depan yang penuh rasa.




You May Also Like

8 komentar

  1. Waaa lucu banget yg games baby supermarket >.< pengen ikutan maiiiin hihi, kayaknya seru, bisa buat ngisi waktu pas anak les atau lagi gabut ngga pengen nulis dan baca :p

    BalasHapus
  2. Culinary game jadi pilihan permainan yang cocok dengan kegiatan sehari2 yaa jadi anak2 juga tidak merasa kagok karena mereka sblmnya juga sudah terbiasa dengan kegiatan baking di dapur...aku bayangin aroma dapur yang harum dengan aroma kuee duhh jadi pengen makan kuae hehe

    BalasHapus
  3. Dengan bermain game ini ga ada lagi istilah eh masak itu buat anak perempuan. Mau laki laki atau perempuan tetap skill memasak itu harus bisa dikuasai ya apalagi memasak itu skill dasar yg hrus dikuasai semua orang
    Keren ya culinary Schools Game ini inovasinya
    Bikin kita semangat ngoprek di dapur

    BalasHapus
  4. Wah menarik sekali ini, anak saya juga sedang suka main game yang membuat es krim, memilih makanan sehat dan belajar berhitung. Ternyata bisa juga belajar dari game

    BalasHapus
  5. Aku mengajarkan soal makanan sejak dini pada kedua anak laki-lakiku juga lewat game seperti culinary school game ini. Mereka jadi mengenal dunia makanan dan lebih jauh lagi punya ketrampilan untuk mengolahnya di dapur yang nantinya bermanfaat paling tidak untuk dirinya sendiri

    BalasHapus
  6. Wah imut imut banget game baby nya. Apalagi berhubungan dengan masak memasak. Jadi seri buat emak macam umma

    BalasHapus
  7. Huaa ternyata Game Culinary Schools ini seru banget buat anak-anak! Selain menyenangkan, juga edukatif karena ngajarin soal makanan, kebersihan, dan cara masak dengan cara yang simpel dan interaktif. Cocok banget buat main bareng sambil belajar bareng si kecil! Aku pernah coba juga tapi udah lam drh, jadi pengen lagi hehe

    BalasHapus
  8. game tentang memasak dan mengelola restoran adalah kesukaanku :D

    BalasHapus